41. CHELSEA DI MANA?
"Woi, nape tuh muka, kusut amat," heran Dara, menghampiri Citra yang berada di depan kelas dengan wajah murung.
"Aku gakpapa, Dar."
Dara menyipitkan matanya, kemudian merangkul Citra seraya berujar, "Gini loh, kita kan friend ya, Friend. Jadi, lo bisa cerita apa aja sama gue, gak usah sungkan. Lo cerita sama gue, maka rahasia lo akan aman tentram," ujar Dara bangga, menepuk dadanya membuat Citra tertawa kecil.
Citra berpikir, apakah ia harus menceritakan masalahnya pada Dara? Tapi, kalo dipikir-pikir, Citra tak ingin membicarakan masalahnya kepada Dara maupun Elgar yang udah lebih akrab dengannya.
"Aku gak kenapa-napa, Dar, serius." Citra tersenyum singkat kemudian lanjut menatap lapangan sekolah dari depan kelasnya. "Aku cuma pengen ngeliat sekolah kita aja dari sini," lanjutnya membuat Dara mengerti, bahkan rasa curiganya telah hilang begitu saja.
"Ohh gitu, gue pikir lo ada masalah."
"Coba lo tetep hubungin Chelsea, jangan lupa kirim pesan juga," ujar seseorang yang semakin lama semakin terdengar jelas di telinga Citra dan Dara.
Dara langsung mencari sumber suara. Setelah mengetahui Laura dan Monica berjalan yang akan melewati dirinya, Dara tertawa sinis.
"Hahaha. Ada anak mami egois!" kata Dara cukup lantang, dan itu terdengar jelas oleh Laura dan Monica yang tak jauh berdiri dari sana.
"Katanya sayang orang tua, tapi pikiran kayak anak-anak, maunya menang sendiri, AAHHAHAHAA anak macem apa tuh.." Dara menyindir. Citra yang di sebelahnya pun lantas menoleh dan menyikut lengan gadis itu singkat. "Kamu ngapain?"
Dara tak menyauti pertanyaan Citra. Mukanya memang tertuju ke langit-langit atap, namun, ujung matanya jelas melirik ke arah Laura dengan tak senang.
"Dia ngomongin lo, Ra?" heran Monica, menatap Dara aneh.
Laura menggidikkan bahunya, melipat kedua tangan di depan dadanya. "Gak tau, biasalah orang stress," ucapnya acuh.
Monica manggut-manggut mengerti. Keduanya lebih memilih melanjutkan langkahnya dengan melewati kelas Citra dan Dara.
Tepat sekali ketika Laura dan Monica berjalan di depan Dara, Dara berteriak kencang.
"NYOKAPNYA NGEBATALIN DEMI ANAK. ANAKNYA PENYAKITAN KAH SAMPE MAU MATI HARUS DIPERHATIIN TERUS?!"
Singkat saja, ucapannya begitu menyakitkan bagi Laura.
"WOI NGOMONG APAAN LO?!!" Monica maju ke barisan paling depan, sigap membantu Laura. Gadis itu menghampiri Dara, mendorongnya teramat kuat sehingga Dara oleng dan terjatuh.
"LO JAGA UCAPAN LO BARUSANN!! MAKSUD LO NGATAIN TEMEN GUE PENYAKITAN APAAN?!! MUKA LO NOH YANG BENTAR LAGI DIPANGGIL TUHAN!!" Teriak Monica tepat sekali di telinga Dara.
Telinga Dara berdengung kencang, suara Monica begitu besar di telinganya. Dara berdiri, menatap Monica dengan songong.
"APA?! GAK USAH SOK JAGOAN LO NGELAWAN GUE! TANDINGAN GUE BUKAN LO!"
"LO PIKIR LO SIAPA?! YA EMANG TANDINGAN LO BUKAN GUE KARENA DERAJAT GUE TERLALU TINGGI BUAT LO. MULUT LO KAYAK SAMPAH, LO PIKIR GUE TAKUT SAMA LO?!" teriak Monica lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...