8 - Seperti Mati Lampu

388 28 0
                                    

8. SEPERTI MATI LAMPU

Di meja belajarnya, Laura mengerjakan PR sungguh-sungguh, meskipun bandel begini, Laura selalu mendapat peringkat 3 besar. Memiliki sifat yang pemalas dan suka foya-foya ternyata tak membuat otak Laura jadi bodoh.

"Sebut, jelaskan, serta berilah contoh.. EHH ANYING!" Laura membanting penanya geram, soal seperti ini lah yang membuatnya muak, dan harus segera dimusnahkan.

"Kesel banget gue nemu soal yang bentuknya begini, nilai cuma sepuluh, tapi buat tangan encok," eluhnya.

Tiba-tiba moodnya hilang begitu saja. Laura beranjak dari kasur dan segera menuju lantai bawah untuk mengambil beberapa minuman di dalam kulkas.

Cuaca malam ini tidak terlalu bagus, dari Maghrib tadi pun, angin berhembus dengan kencang.

Jdar!

Laura tersentak kaget kala petir menyambar begitu keras. Laura memekik, menutup kedua telinganya seraya memejamkan mata dengan perasaan takut.

Rumahnya kosong, seperti biasa, Kinanti akan pulang malam. Inilah akibatnya jika dirinya menjadi single mom, harus siap terus bekerja demi memenuhi kebutuhan anaknya, walaupun harus jarang bertemu sang anak.

Laura kini berlari menuju ruang tengah, masih dengan ketakutan yang menghantui, hujan deras turun bersamaan membuat situasi kini berisik dan petir yang menyambar dengan keras.

Jantung Laura memompa dengan cepat, gadis itu sesak napas, keringat dingin pun mulai keluar dari pori-porinya.

Gelap.

Laura, mendongak perlahan, ditatapnya sekitar yang sudah gelap tanpa pencahayaan. Ketakutannya kini semakin menjadi, membuat Laura ingin mati sekarang juga.

Bi Galuh sudah pulang ke rumahnya sore tadi. Bibir Laura bergetar. "Mamaaa."

Laura emang sedari dulu sangat membenci gelap dan juga petir, namun justru gadis itu sangat menyukai hujan.

Laura berjalan jongkok menuju meja, masih dengan mata terpejam dan telinga yang gadis itu tutup rapat-rapat.

Gadis itu merabah atas meja untuk mencari hp yang seingatnya ia taruh di sana.

Setelah ketemu, itu juga belum membuatnya tenang. Laura membuka kontak di ponsnya dan mencari nomor seseorang untuk dimintai tolong.

Pertama kali menelepon, tak ada sahutan dari sana, telponnya tidak diangkat.

Laura semakin kalut, kini gadis itu berusaha lagi untuk menelepon Elgar, karena selain dia mengenal Elgar, hanya Elgar lah yang terdekat dengan rumahnya, untung saja Laura tadi diam-diam mengambil ponsel Elgar ketika cowok itu ke wc, dan dengan cepat menyimpan kontak dari cowok itu.

Panggilan tak terjawab itu tidak di hiraukan hingga ke 20 kalinya.

Kenapa Elgar susah banget dihubungi?

Laura menggigit bawah bibirnya, tangan gadis itu juga gemetar ketakutan, di kepalanya mulai terbayang hal-hal aneh dan menyeramkan.

Hingga sampailah pada akhirnya, Laura mengirimi Elgar pesan.

Laura
Elgar, gue takut..

FORTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang