39 - Bunda

331 34 0
                                    

39. BUNDA

Ccitttt...

Mobil yang Laura kendarai, baru saja tiba di butik milik mamanya. Memang, Laura bisa menunggu di rumah hingga mamanya pulang, namun rasa penasaran gadis itu perihal pembatalan pernikahan mamanya, membuat Laura ingin tau lebih cepat.

Laura berlari menuruni mobil lalu masuk ke dalam butik yang tidak terlalu ramai itu. Karyawan mamanya sesekali tersenyum ramah kala melihat Laura datang.

"Selamat sore, mbak Laura," sapa karyawan itu dengan tersenyum manis.

"Mama mana, kak?" tanya Laura. Karyawan yang diketahui bernama Mely itu menunjuk salah satu tempat di ujung. "Ibu Kinanti di sana, mbak."

Laura langsung mengalihkan pandangannya, gadis itu dapat melihat Kinanti sedang melayani pembeli. Dengan segera ia mendatangi Kinanti membuat Kinanti sedikit tersentak kaget melihat Laura tiba-tiba datang.

"Loh sayang? Tumben ke butik, ada apa?" tanya Kinanti heran.

"Aku mau ngomong sama mama. Penting," balas Laura menatap Kinanti serius.

"Nanti ya, mama lagi ngelayani pembeli, kamu tunggu aja di situ."

Laura berdecak, melambaikan tangan ke arah Mely. "Kak Mely," panggilnya lumayan keras. Mely langsung menoleh dan mendatangi Laura yang memanggilnya.

"Kakak tolong urus pembeli ini dulu ya? Aku mau ngomong penting sama mama."

Mely mengangguk patuh, perempuan itu langsung mengalihkan pelanggan pada dirinya, sedangkan Laura berjalan lebih dulu ke area belakang butik, disusul pula oleh Kinanti.

"Kamu mau ngomong apa nak sama mama?"

"Mama ngebatalin pernikahan sama om Rama?" tanya Laura dengan cepat tanpa basi basi.

Kinanti tersenyum samar, mendekati Laura. "Iya, mama ngebatalin pernikahan mama sama mas Rama."

"Tapi kenapa ma? Apa ini karena aku? Karena aku mama jadi ngebatalin pernikahan ini? Aku gak papa ma, aku seneng ngeliat mama bahagia."

"Siapa yang ngomong gitu?"

"Dara. Tadi pulang sekolah, dia marah-marah sama aku, ngedatangin aku, katanya pernikahannya batal, itu semua karena aku." Laura menjelaskan.

Kinanti menghela napas pelan, wanita itu mendudukkan dirinya di bangku kecil yang tersedia di sana.

Sebelum menjelaskan, Kinanti menatap Laura dalam-dalam membuat Laura terhanyut dalam tatapan itu selama beberapa detik.

"Kemarin, sehabis kita pulang dari makam papa, mama merenung."

"Kamu terlihat sangat menyayangi papamu. Mama nangis, mama bakal merasa jadi orang paling jahat karena harus menikah ketika kamu belum rela melepaskan papa kamu, sayang."

"Aku ikhlas ma, mama ga---"

"Bohong. Mama tau kamu bohong, nak. Di mulut kamu, kamu memang ikhlas tapi," Kinanti menjeda ucapannya kemudian menunjuk diri Laura. "Di hati kamu, kamu sulit menerima orang baru."

FORTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang