3. ELGAR MENYEBALKAN
Elgar memejamkan matanya di bawah shower yang berisi air hangat, beberapa kali juga laki-laki itu mengibaskan rambutnya agar sabun-sabun itu tak tersisa lagi di kepala.
Setelah selesai mandi, Elgar mengambil handuknya kemudian cowok itu lilitkan di pinggang, membuat bahu hingga pinggangnya terekspos jelas.
Sewaktu keluar dari kamar mandi, aroma tubuh Elgar yang wangi langsung menyeruak ke seisi kamar luas miliknya.
Cowok itu menuju lemari baju dan mengambil seragam sekolah yang hendak ia pakai untuk hari ini. Tanpa melihat ke cermin, Elgar langsung mengambil tasnya yang tergeletak di atas tempat tidur.
Elgar menuruni tangga dengan santai seraya merapikan rambutnya yang agak acak-acakan dan juga agak basah karena habis mandi.
Di tangga terakhir, Elgar tiba-tiba menghentikan langkahnya, ia juga tak dapat menghentikan ekspresi kagetnya kala melihat seorang cewek dengan ciri khas bando biru di kepalanya itu sedang mengobrol asik dengan mamanya di ruang tamu.
"Jadi Tan, di komplek ini ada dua penjual sayur yang biasanya seliweran. Nah kata mama aku, beli sama yang cowok aja, yang biasa pake gerobak. Soalnya dia itu murah-murah banget, Tan, plus ganteng idaman ibu-ibu. Misalnya harga timun lima rebu, dia jualnya cuma empat ribu lima ratus, behh langsung rame banget dagangannya, laris," papar Laura, tangannya juga digerakkan seolah ahli dalam pergosipan. Mungkin gadis itu sering bergaul dengan emak-emak di sini.
"Oh, ya? Emang kalo beli sama tukang sayur satunya lagi kenapa?" tanya Sarah penasaran.
"Kalo yang satunya lagi mah mahal-mahal, ibu-ibu gak bakalan suka sama yang mahal-mahal. Lagian kalo sama si ibu, judes amat, mungkin gara-gara kesel kali ya orang-orang suka beli di tempat si om. Saya ngasih tau ini niatnya baik loh, Tan, biar tante gak salah pilih tukang sayur. Saya, kan sudah lulus persoalan penghitungan emak-emak dalam berbelanja."
Sarah tertawa singkat, walaupun ia tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Laura, setidaknya ia tau, kalo beli sayuran mending sama tukang sayur yang cowok karena lebih murah dan ganteng.
Sarah yang tak sengaja melihat Elgar menuruni tangga pun, menyapanya.
"Cepet banget kamu keluar kamar, Elgar." Sarah menyindir sinis.
"Selamat pagi, Elgar!" sapa Laura dengan cengiran lebar yang terlihat antusias ketika melihat Elgar akhirnya turun dari kamar.
Elgar tak membalas sapaan dari Laura, justru laki-laki itu malah menyalim tangan Sarah dan melenggang pergi menuju motornya yang sudah terparkir di depan rumah.
"Aku berangkat sekolah dulu, Ma."
Laura bergerak cepat, sebelum terlambat gadis itu mencegah Elgar untuk naik ke motornya.
"Gue nebeng, ya ke sekolah?" Laura berujar seraya menaik turunkan alisnya, sedikit memohon.
"Minggir!" Elgar berseru ketus, menepis tangan Laura yang menghadangnya.
"Nggak mau! Sebelum lo ngasih gue tumpangan untuk berangkat ke sekolah, mobil gue gak bisa dipake, barusan tiba-tiba rusak, bannya ilang." Laura dadakan mengarang, berusaha memberi penjelasan meskipun itu tidak masuk akal dipikiran Elgar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...