13 - Jambret Oh Jambret

338 30 4
                                    

13. JAMBRET OH JAMBRET

"Elgar, pulang bareng, yuk!" Laura berlari kecil menghampiri meja Elgar, gadis itu tersenyum manis seraya duduk di kursi depan cowok itu, menatapnya dengan senyum-senyum.

"Gak bisa," sahut Elgar singkat sambil sibuk memasuki buku-bukunya ke dalam tas, tak peduli dengan perempuan di depannya ini.

Laura cemberut, "Loh kok gak bisa? Kita aja tetanggaan. Ah, bilang aja lo gak mau kan pulang bareng gue?"

"Tuh tau."

"Ish Elgar mah!"

Setelah usai membereskan semuanya, Elgar beranjak dari tempat duduknya. Cowok itu melenggang melewati Laura begitu saja dan pergi dari sana.

Laura tak menyerah, gadis itu berlari kecil mengikuti langkah besar Elgar dari belakang sambil sesekali berteriak memanggil nama cowok itu.

"Elgar!!"

"Tungguin gue woy!"

"Budek lo ya?!"

"Heh jelek, Elgar jelekk!! Wuuu.."

"Elgar lebos, Elgar mulutnya ember, Elgar cepu! Tukang ngadu wuuu.."

"Oy Elgar, cepet banget buset jalannya, pelan-pelan dikit dong, ini gue—"

Puk!

"Aww," Laura refleks mengelus jidatnya yang perih kala menghantam sesuatu yang keras di depannya.

"Berisik!"

Laura mendongak, manatap Elgar yang kini sedang menatapnya. Elgar berhenti mendadak, membuat gadis itu secara tak sengaja menabrak dada bidang milik Elgar dengan keras.

"Gue kejedot dada lo?" mata Laura berbinar. Sesaat kemudian, gadis itu memeluk Elgar dan menyandarkan kepalanya ke dada Elgar beberapa kali.

"Aduh nyamannya tiduran di sini."

Elgar melotot. Apa apaan Laura ini?! Cowok itu dengan segera mendorong Laura sehingga gadis dihadapannya ini mundur beberapa langkah.

"Teganya kamu mas Elgar," ujar Laura bersedih.

"Maksud lo apa bilang gue cepu, ember, segala macem?" tanya Elgar, menatap serius Laura.

Laura tertawa singkat, gadis itu menyilang kedua tangannya di depan dada. "Iya lah lo cepu. Gue tau kali, Gar, kalo lo yang bilangin ke bu Desi soal di toilet. Ember banget congor lu."

Elgar terdiam, cowok itu merasa malu. "Y-ya terus? Lo kan emang salah!" ujar Elgar agak gugup, namun itu terlihat jelas di mata Laura.

Laura mendekat, merangkul Elgar meskipun laki-laki itu tingginya seperti tiang. "Selow kali, bro. Gak usah gemeteran, haha."

Elgar menepis tangan Laura yang merangkulnya sehingga Laura sedikit kaget. "Gak usah ikutin gue!" kata Elgar dengan tegas, menatap Laura tak senang.

Laura ngakak. "Elahh ge er banget, siapa juga yang ngikutin? Gue mau pulang kali," ujarnya mengibaskan rambut.

"Ya udah sana pulang."

FORTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang