43. ELGAR IS MINE!
"Assalamualaikum.." Citra mengucapkan salam ketika dirinya baru saja tiba di rumah. Gadis itu menatap rumah yang kosong. Kemana nenek dan bunda?
Citra berjalan menuju dapur, meletakkan tempat kue yang ia ambil di toko sehabis pulang sekolah seperti biasanya.
"Kamu udah pulang?" tanya Fena menghampiri Citra dengan muka yang sedikit pucat.
Citra mengangguk singkat, menatap aneh ke arah bundanya yang tampak tak enak badan. Sebenarnya ia khawatir, namun mengingat Citra belum bisa memaafkan bundanya, Citra berusaha bersikap biasa saja.
"Kenapa?"
"Apanya?" tanya Fena lagi.
"Bunda kenapa?" ulang Citra.
"Bunda cuma sedikit pusing, nak," balas Fena seraya tersenyum, kemudian perhatiannya teralih pada meja makan yang kosong.
"Maaf ya, bunda belum sempet masak. Citra mau makan apa? Biar bunda masakin sekarang."
Citra jadi tak tega. Gadis itu mendudukkan dirinya di kursi makan sambil menuangkan segelas air.
"Gak usah, nanti aku masak mie instan. Bunda istirahat aja."
"Yang bener?" Fena memastikan, dibalas pula oleh Citra dengan anggukan.
Setelah itu, Fena menepuk bahu Citra singkat lalu mulai berjalan kembali menuju kamarnya dengan tubuh yang lemas.
"Nenek mana?"
Langkah Fena terhenti dan berbalik. "Nenek lagi ikut pengajian di masjid," jawabnya membuat Citra mengangguk mengerti.
"Bunda jangan lupa minum obat," peringat Citra lagi. Fena tersinyum simpul, kemudian mengangguk. "Iya."
Fena meninggalkan Citra dan kembali ke kamar. Kepalanya begitu pusing serta tenggorokannya terasa tak enak.
Fena berbaring di kasur, memejamkan matanya untuk mengurangi rasa pusing di kepala.
Di dapur, Citra masih saja cemas melihat kondisi bundanya. Gadis itu mengambil baskom dan ia isi dengan air panas. Setelah itu, Citra juga mengambil kain yang gadis itu lipat kemudian ia rendam di air panas itu.
Citra melihat bundanya di kamar, kemudian masuk dan duduk di ujung kasur.
Fena yang merasa kasurnya ada pergerakan segera membuka matanya kembali, menatap bingung Citra yang sibuk memberikan kompresan di kepalanya.
"Setau aku, kompres pake air panas bisa bikin badannya gak panas lagi," ujar Citra tiba-tiba. Dirinya telaten menaruh kain itu di kening Fena.
Fena menahan tangis karena terharu. Baru kali ini ia merasakan yang namanya kasih sayang, apalagi dari anak. Dirinya sangat menyesal sudah meninggalkan Citra bersama ibunya dulu. Padahal mereka begitu baik, dan bersama mereka juga Fena mendapatkan kehangatan dalam hidupnya.
"Terimakasih ya, Citra."
Citra mengangguk dengan pelan kemudian berdiri. "Bunda istirahat aja, jangan banyak bergerak."
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...