34 - Laura Rindu Papa

452 41 11
                                    

SELAMAT MEMBACA
______________________________________

34. LAURA RINDU PAPA

Dokter Dave memandang Laura dan Kinanti yang duduk di depannya dengan pandangan yang kurang mengenakkan. Pria itu menghela napas pelan, sebelum menyampaikan hal penting lainnya.

"Untuk saat ini, apakah ada perkembangan dengan keadaan Laura, dok?" tanya Kinanti yakin tak yakin. Apa pun hasilnya yang dibilang dokter Dave nanti, wanita itu harus bisa menerimanya dengan lapang dada.

Mata Dokter Dave fokus terhadap Laura, menatapnya dengan sendu kemudian menggeleng pelan.

"Keadaan Laura semakin memburuk."

"Memburuk? Aku gak pernah telat minum obat, dok. Aku juga udah ngebiasain olahraga, makan yang teratur, pokoknya semua yang dokter saranin udah aku lakuin," ujar Laura kebingungan. Kenapa keadaannya tambah parah sementara dirinya selalu melakukan pola hidup sehat.

"Stress," kata dokter Dave sukses membuat Laura terdiam. "Stress bisa menyebabkan keadaan semakin memburuk, Laura."

Memang akhir-akhir ini Laura banyak sekali pikiran, mulai dari pernikahan mamanya, masa percintaannya, serta mama Elgar yang berubah sikap tiba-tiba. Laura sudah berusaha membawa enjoy semua masalahnya. Namun gadis itu tidak tau, jika ia juga memengaruhi kondisinya.

"Maaf jika saya harus mengatakan ini. Kamu memang terlihat baik-baik saja jika diliat, saya sendiri juga ngeliat kamu kayak baik-baik saja. Tapi, jangan karena hal itu, kamu mengabaikan kondisi kesehatan kamu," jeda dokter Dave kemudian menunjuk dada tepat jantung Laura. "Di sini, ada sesuatu yang tidak bisa di anggap remeh. Saran saya, lakukan semua hal yang kamu suka, dan tinggalin semua masalah yang mengganggu kamu."

Perhatian Dokter Dave beralih pada Kinanti. "Bu Kinanti, maaf jika saya harus mengatakan hal yang mungkin kurang sopan kepada ibu. Saya mau, ibu harus bisa lebih mengedepankan kondisi Laura. Untuk sementara ini, lebih baik ibu memberi banyak waktu bersama anak ibu, karena support orang tua adalah penyemangat bagi anaknya."

Kinanti mengelap air mata yang membasahi pipinya, wanita itu menatap Laura dengan pandangan bersalah.

"Maafin mama nak, maafin mama, mama belum bisa menjadi orang tua yang baik buat kamu."

Laura menggeleng beberapa kali, ia tersenyum simpul, mengelus pundak Kinanti menenangkan. "Aku baik-baik aja ma, nih mama liat sendiri, aku masih sehat. Ini gak selamanya, ma."

"Enggak Laura, mama bukan ibu yang baik buat kamu.."

"Mah.. liat Laura--"

"Mama adalah mama yang hebat! Laura bersyukur punya mama yang keren kayak mama. Jangan pernah merasa gagal jadi orang tua ma, karena mama gak pernah gagal!"

"Dokter Dave, kita bisa bicara?" tanya Laura, berharap Dokter Dave menyanggupinya.

"Iya, bisa."

"Ma, aku mau ngomong bentar sama dokter Dave, ya?" Kinanti mengangguk kecil membuat Laura tersenyum tipis. Gadis itu menarik tangan dokter Dave untuk pergi ke tempat yang lebih sepi.

Laura celingak-celinguk memastikan jika tempat yang dicarinya benar-benar sepi, untuk memastikan tidak ada yang mendengar percakapan antara keduanya.

FORTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang