1. AWAL MULA

298 31 2
                                    

Ada cahaya cinta dimatanya

Rachel

❤️✨

Pesta pernikahan orang tua angkatnya yang sedang dihadiri banyak tamu. Namun, gadis kecil itu masih setia memperhatikan bocah laki-laki yang terlihat sedang memahami apa yang terjadi.

Gadis kecil itu lupa, ia telah diberikan tugas untuk membawa bunga. Namun, ia malah bergeming sambil menatap mata indah milik bocah lelaki itu.

Mahendra membawa bocah laki-laki itu kedalam pelukannya. Ia terharu, setelah penantian panjang ia dan pencarian yang rumit. Akhirnya, ia bisa bertemu dengan cucunya. Meski Lyra adalah anak kakaknya, namun sedari kecil Lyra sudah menjadi tanggung jawabnya.

"Neng, bunganya bawa atuh, Arsya udah nungguin tuh," suara Dirla lembut.

Namun, suara itu bagai angin lalu bagi Rachel.

Dirla memperhatikan anak gadisnya itu. Rachel sedang menatap tamu Mahendra.

"Ya udah atuh, mamah mau bantu-bantu dulu. Nanti, masuk aja ya ke dalam," ujar Dirla lalu pergi.

Rachel hanya mengangguk. Tatapannya tak berpaling sedetikpun. Mahendra yang melihat Rachel, langsung memanggil gadis kecil itu. Dengan semangat, Rachel menghampirinya.

"Nah, Ini Rachel," ujar Mahendra sambil memangku Rachel dan Rangga bersamaan di lengan kanan dan kirinya.

"Rachel sama Rangga bisa jadi teman. Kalian 'kan sebaya, nanti bisa main bareng sama Arsya juga," ujar Mahendra.

"Rachel boleh main sama dia kek?" Tanya Rachel polos.

Mahendra lantas mengangguk sambil terkekeh.

"Ya tentu dong. Coba, sekarang saling memperkenalkan diri,"

Rachel dengan semangat mengajak Rangga untuk berjabat tangan, "Aku Rachel,"

Rangga kecil hanya menoleh, lalu menerimanya singkat, "Rangga," ketusnya.

Rachel masih mempertahankan senyumannya. Sungguh, demi apapun ia jatuh cinta pada binar mata bocah lelaki di hadapannya ini.

❤️✨

Beberapa bulan berlalu dengan cepat. Akhirnya, Rachel masuk sekolah dasar. Seperti biasa, ia adalah gadis yang susah ditebak moodnya.

Sekarang, ia melamun sendiri sambil memperhatikan teman-temannya memperkenalkan diri. Padahal, sebentar lagi gilirannya.

Ada seseorang yang ia harapkan. Namun, tak kunjung datang.

"Yang duduk di pojok. Sini sayang, perkenalan dirimu,"

Rachel dengan malas berjalan gontai menuju depan kelasnya. Ia berharap pada tuhan, semoga saja ada keajaiban membawa pangerannya itu untuk satu kelas dengannya.

Baru saja ia akan membuka mulut, sosok yang menjadi harapannya datang dengan tatapan dinginnya. Rachel senang bukan main, ia bersorak gembira sambil memeluk Rangga.

"Cieee," sorak ramai teman sekelasnya.

Fahri hanya menggeleng sambil tersenyum. Sedangkan seisi kelas bersorak ramai meledek Rachel dan Rangga. Alhasil, Rangga menangis.

Mungkin saja, ia risih. Sedangkan Rachel, malah tersenyum tanpa merasa berdosa.

"Sayang, gak boleh begitu nak. Tuh lihat, Rangga kaget sampai nangis begitu,"

Rachel mengangguk, "Iya Bu. Rachel minta maaf ya,"

"Ya udah, anak-anak jangan berisik ya! Ayo kita lanjutkan perkenalannya,"

Semua teman-temannya menyatakan bahwa Rachel adalah pacar Rangga. Dan dengan tidak tahu malunya, Rachel menyetujui semua itu. Sedangkan Rangga malah sebaliknya, menolak secara terang-terangan.

Catatan diary pertama Rachel tertulis, Rachel love Rangga. Sebuah ungkapan klasik anak sekolah Dasar. Rachel sangat menjaga buku hariannya. Tak ada yang boleh melihat buku diary miliknya. Dan sejak saat itu, Rachel selalu menghabiskan waktunya untuk menulis semuanya. Dan sebagian besar isi tulisannya adalah tentang Rangga.

❤️✨

Beberapa tahun kemudian.

Kini, Rachel kecil sudah masuk sekolah menengah pertama. Ia merasa sangat beruntung karena selalu satu kelas dengan pujaan hatinya.

Dan, semakin banyak pula saingannya dalam menaklukkan hati Rangga. Bayangkan saja, Rachel yang menganguminya selama bertahun-tahun saja sulit hanya untuk sekedar menggenggam tangannya. Sedangkan, gadis-gadis yang baru mengenalnya selalu mencoba untuk selalu didekatnya.

Rangga mulai masuk esktra kurikuler band. Bertambah pula hal-hal menarik yang ia miliki. Tampan, terkenal, pintar. Siapa gadis bodoh yang tak menyukainya?

Rangga adalah saingan terberat Rachel dalam mempertahankan peringkat kelasnya. Ya, meski Rachel selalu bertahan di peringkat pertama namun hal itu membuat sikap Rangga bertambah dingin padanya setiap pembagian raport akhir tahun.

"Ga, semangat ya bandnya!" Ujar Rachel sambil menyerahkan sebotol air mineral.

Rangga menatapnya sambil menyunggingkan senyum, "Makasih, tapi gue gak haus. Bawa aja airnya," tolaknya lembut.

Mungkin, ia takut air mineral itu telah diguna-guna oleh Rachel.

"Buat nanti. Kalau udah nyanyi sambil main gitar pasti capek terus nanti haus," 

Tak ada lagi kesempatan untuk menolak. Dengan senyum yang dipaksakan, Rangga menerima air itu seraya kembali mengucapkan terimakasih.

"Gue sih yakin,  itu air gak dia minum. Pasti dia kasih lagi ke anak band yang lain," ujar Afifah yakin.

"Jangan bikin gue down dong. Rangga itu sebenarnya suka sama gue, tapi dia malu aja soalnya gue lebih pinter," jawab Rachel dengan tingkat percaya diri yang tinggi.

Afifah menggeleng, "Terserah lo. Kalau udah sakit hati, baru tahu rasa,"

"Ya sebagai sahabat yang baik, lo jangan do'ain gue yang buruk-buruk dong!" 

"Ya tuhan, semoga sahabat gue yang satu ini bisa segera mendapatkan hidayah,"

"Sialan lo,"







10 April 2021

Aas

DIARY RACHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang