15. MASA LALU

110 21 7
                                    

Untuk apa saling menyakiti jika bisa saling memaafkan dan mengasihi?

-Rachel

❤️✨

Tujuh belas tahun yang lalu.

Seorang lelaki lemah lembut namun tegas akan pendiriannya itu sedang menatap tajam seorang wanita paruh baya yang angkuh dan licik.

"Saya akan tetap menikahi, Dirla. Tak peduli ayah atau wanita ini tidak merestui kami," katanya.

Ya, lelaki itu Azka Wijaya.

"Cih, gadis lugu di samping kamu itu hanya menginginkan harta saja. Sudah tertebak alurnya, dia 'kan dari golongan rendahan,"

Dirla menunduk diam tak bersuara. Padahal, hatinya sangat sakit direndahkan seperti ini.

Hary berdiri, "Tapi ayah lebih percaya pada Riyanti. Ingat, kamu adalah anak laki-laki satu-satunya. Kamu cukup pintar, mengapa seleranya rendahan seperti ini?"

"Maaf, yah. Dia lebih terhormat dibandingkan istrimu!" Katanya tajam.

Mata Riyanti melotot tajam. Sedangkan Hary yang tak terima menamparnya keras.

"Nikahi saja dia! Jangan harap hidupmu bisa tenang!" Ancamnya.

Riyanti mengangguk, "Pergi saja dengan wanita mu ini, jangan bawa sepeserpun harta di rumah ini!"

"Baik. Saya tidak keberatan sama sekali. Harta bisa saya cari dan usahakan. Namun, istri yang tulus dan benar-benar menyayangi saya sulit didapatkan!" Ujar Azka menarik Dirla membawanya pergi.

Hary mencoba untuk tenang. Namun, istrinya itu terus menghasutnya. Katanya, jangan biarkan hidup Azka tenang. Dan lebih baik, semua harta peninggalan ibu kandung Azka beralih atas namanya.

"Tidak bisa Riyanti. Harta Azka itu adalah peninggalan ibunya. Azka maupun Azkia telah memiliki jatah masing-masing. Dan aku tak berhak untuk itu," jelasnya.

Azkia yang sedari tadi mendengarkan perdebatan antara ayah dan kakaknya perlahan keluar berlari hendak menyusul Azka.

"Kak, jangan pergi!" Teriaknya.

Azka dan Dirla menoleh. Adiknya berjalan tergesa menyusulnya. Namun, ia tak mungkin membawa Azkia untuk hidup susah dengannya. Sedari kecil, Azkia adalah anak gadis kesayangan semua orang lantas hal itulah yang membuatnya menjadi manja dan tak bisa menghadapi beratnya kehidupan dunia.

"Sayang. Maaf, kakak harus pergi. Kamu jaga ayah baik-baik. Tapi kalau sempat, kamu bisa datang ke pernikahan kakak besok,"

Azkia menggeleng, "Gak. Kakak jangan pergi! Atau, Azkia yang ikut. Azkia gak mau hidup bersama nenek sihir itu!" Rengeknya manja.

"Azkia, kakak bukannya tak mau membawa kamu bersama kakak. Tapi, kehidupan kakak jauh dari kata nyaman. Kakak takut, kamu tak akan mendapatkan apa yang kamu mau,"

Azkia terdiam. Kakaknya ini sedari kecil sudah mendapat kehidupan yang keras. Rasanya ia terlalu egois jika terus menahannya dan tak membiarkannya hidup bahagia bersama wanita pilihannya.

DIARY RACHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang