25. MENYANGKAL RASA

102 23 24
                                    

Teruntuk semua yang terlambat menyadari, bahwasanya kini semua tinggal fatamorgana.

-Rangga

❤️✨

Semua siswa sedang bersiap. Hari ini, adalah hari yang dinantikan semua siswa. Terutama, siswa yang malas belajar. Karena, milad sekolah ini siswa dibebaskan dari belajar dan tugas. Namun, mereka harus berperan aktif dalam memeriahkan acara.

Rangga tengah bersiap, Nando dan Gevin mengecek semuanya. Setelah di rasa lengkap, mereka bergegas menuju panggung.

"Ini lagu pertama kita. Untuk yang pertama kalinya, kita membawakan lagu ini. Jadi gue harap kalian serius," ujar Rangga.

Gevin mengangguk, "Ya, siapa tahu ayah gue lihat terus mau mengijinkan gue buat serius di band ini,"

"Terlebih, kalau ada yang mau ngajak kita rekaman," tambah Nando.

"Udah, halu tanpa usaha hanyalah sia-sia,"

Cinta melewati ruangan itu tersenyum, ia suka bernyanyi. Alasan utama ia mendekati Rangga, agar bisa masuk ekstrakurikuler band.

"Permisi," katanya.

Ketiga lelaki itu menoleh, "Eh, Cinta," kompak Nando dan Gevin.

"Udah siap, ya? Gue bisa gak, nyumbang satu lagu, gue mau bawain lagu cinta datang terlambat,"

Gevin dan Nando mengangguk antusias, "Bisa dong,"

"Ga, gimana?" Tanya Cinta.

Rangga adalah ketua, ia yang berhak menyetujui atau tidaknya.

Rangga mengangguk lalu tersenyum, "Boleh kok,"

Cinta tersenyum sumringah, "Makasih banyak!"

"Iya," jawab Rangga.

Mata Rangga memperhatikan cantik wajah Cinta yang alami. Apa yang kurang darinya? Pintar, cantik, tinggi, putih dan bisa bernyanyi.

Jika seseorang yang sering memberinya roti secara diam-diam adalah Cinta, apakah bisa ia terima Cinta? Gadis yang menarik, dan tak pernah mengganggu dirinya. Rangga sekarang yakin bahwa Cinta pelakunya, pagi itu bertambah keyakinannya saat tiba-tiba ada roti di tasnya.

"Ga, di tas lo ada roti lagi gak? Lapar nih gue belum sarapan," ujar Nando.

"Gak tahu, belum gue cek,"

Cinta menoleh, "Jadi, lo suka bagi-bagi roti itu ke orang, Ga?" Tanya Cinta.

"Emang kenapa? Kok, lo tahu sih tentang roti itu?" Tanya Nando.

Gevin tersenyum, "Jangan-jangan, Cinta lagi yang suka ngasih roti itu,"

Cinta menggeleng, bodoh sekali ia mempertanyakan itu. Jika mereka curiga bahwa Rachel yang memintanya untuk itu, apa yang harus ia katakan?

"Eh enggak, ya udahlah. Terserah Rangga, itu hak dia. Mending kita ke lapangan, siap-siap buat tampilan kita," ujarnya, jelas menyembunyikan kegugupannya.

Hal ini, menguatkan praduga mereka. Sepertinya, dugaan mereka benar.

"Gue tunggu di panggung, ya. Good luck!" Katanya lalu pergi.

"Sekarang, gue yakin. Cinta yang sering ngasih lo roti," ujar Nando.

Gevin mengangguk, "Padahal, gue sempat mengira itu Rachel,"

"Rachel kayaknya udah gak suka sama gue," ujar Rangga tiba-tiba.

"Masa?" Kompak Nando dan Gevin.

DIARY RACHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang