Penyesalan datangnya di akhir, kalau di depan itu pendaftaran.
❤️✨
"Anak gadis mamah udah cantik, mau kemana nih?" Tanya Dirla.
Sebenarnya Rachel masih kesal, hanya saja ia harus belajar merelakan dan menerima keadaan. Rachel sadar betul bahwasanya dunia ini tak selalu memihak padanya.
"Mau jalan sama Farrel, boleh 'kan?"
Dirla mengangguk lalu tersenyum. "Boleh dong sayang, pulangnya jangan malam-malam."
"Iya mah," jawabnya.
Rachel memperhatikan wajahnya, sepertinya memoleskan sedikit lipstik bisa membuat wajahnya sedikit fresh.
Dirla masih memperhatikan anak gadis kebanggaannya. Ia tahu betul Rachel tak bisa merias wajah, sekarang pasti Rachel ingin berias namun tak tahu bagaimana agar terlihat bagus diwajahnya.
"Mau mamah bantu?"
Rachel menoleh. "Cuman pake lipstik. Rachel bisa kok!" Tolaknya.
"Kalau mamah yang dandanin, pasti lebih cantik. Mau coba?"
Rachel berpikir ada benarnya juga. Ia tak boleh membuat Farrel malu, bagaimana pun pandangan orang tetap mempengaruhi.
"Boleh deh," jawabnya.
Dirla menghampiri Rachel, memulai merias wajah polosnya. Waktu berjalan begitu cepat, Rachel sekarang sudah menjadi remaja yang mulai beranjak dewasa. Rasanya baru kemarin Dirla merasakan pahitnya harus berpisah sementara dengan anak kesayangannya itu.
"Chel maaf ya, mamah gak bantu kamu waktu pohon itu di tebang," ujar Dirla.
Rachel mengangguk, bagaimanapun ini sudah terjadi. Rachel tahu, tak ada yang bisa melawan ketegasan Mahendra Airlangga.
"Tapi mamah janji, nanti kita bangun lagi rumah pohonnya. Kakek Mahendra juga udah kasih ijin, besok kita ada acara keluarga. Lebih tepatnya sih, merayakan kemenangan olimpiade kamu sama Rangga," Jelas Dirla.
"Rangga." Rachel mengulang nama itu.
Ia tak ingin bertemu dengan pemilik nama itu. Jika sering bertemu, kecil kemungkinannya ia bisa move on dengan cepat.
"Ya, senang pasti ada Rangga. Iya 'kan?" Tanya Dirla.
Rachel menggeleng. "Gak, kali ini gak senang."
"Lho kenapa? Waktu kamu gak sekolah, dia kesini. Kamu ketemu 'kan sama Rangga?"
"Iya, tapi dia langsung pergi. Gak jelas!"
"Nah iya, mamah juga heran kenapa langsung pulang. Dia 'kan gak pernah main kesini, sekalinya main aneh gitu. Padahal, mamah mau tanya kenapa dia nelpon mamah waktu itu."
Rachel mengerutkan keningnya. "Nelpon mamah? Kapan?"
Dirla mengambil lipstik seraya berpikir. "Eh, mamah lupa jelasnya. Nanti mamah lihat lagi deh. Tapi kayaknya penting. Soalnya, beberapa kali gitu. Setiap lihat Rangga mamah lupa mau tanya."
Rachel harus menghentikan percakapan tentang Rangga. Karena, semakin mendengar namanya semakin rindu juga ia pada pemiliknya.
"Udah lah mah. Biarin aja. Paling gabut!"
Sepertinya Rachel tak ingin membahas mengenai Rangga. Dirla mengangguk lalu memoleskan lipstik itu dibibir Rachel.
Sempurna. Kini, untuk pertama kalinya Rachel berias diri ketika berpergian. Meski hanya make up tipis dengan alat seadanya. Namun aura manis dan imut Rachel bertingkat menjadi lebih anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY RACHEL
Teen FictionCinta pada pandangan pertama. Itulah yang Rachel rasakan. Dahulu, yang Rachel tahu itu hanya sekedar rasa kagum. sebelum, detak jantungnya mulai tak karuan saat memperhatikan lelaki itu dari kejauhan. dialah Rangga. sosok laki-laki yang matanya ber...