Aku berhenti menunjukkan. Namun, tak pernah berhenti untuk peduli.
-Rachel
❤️✨
Catatan hariannya sudah dipenuhi beribu kata. Hari ini, ia tumpahkan semua pada lembar demi lembar buku hariannya.
Ia menutup bukunya, menatap Arsya yang sedang menikmati bakso pinggir jalan.
"Sya, sebelum pulang anterin gue dulu ke toko alat tulis," ujar Rachel.
Arsya menoleh, "Buku lo udah habis, Chel?"
Rachel mengangguk, "Iya. Perasaan baru kemarin gue ganti, udah habis aja,"
"Ya iyalah. Setiap saat lo nulis, apapun yang lo rasain tentang Rangga lo tulis. Kayaknya, kalo lo liat Rangga boker, bakal lo tulis juga," ujar Arsya menggebu.
"Aneh tahu Sya. Dari bermiliar-miliar manusia, dari berjuta-juta orang yang gue temui, dari beratus-ratus yang gue kenal, dari berpuluh-puluh manusia yang ada di kontak WhatsApp. Kenapa ya, gue cuman jatuh cinta sampai gila sama tetangga gue yang jelas-jelas gak mau sama gue," curhatnya.
Arsya mendelik, "Gini lho Chel. Mengatur perasaan itu, gak semudah mengatur baju di lemari. Mau semenarik apapun seseorang yang ada di dekat lo, kalau lo maunya bang Rangga ya gak 'kan bisa diganti sama yang lain,"
"Kata orang nih, Sya. Suka sama orang itu hanya empat bulan. Kalau lebih, berarti cinta. Lah gue, udah hampir sebelas tahun. Bayangkan, sebelas tahun. Apa tuh namanya?"
"Ya lo sih, Bego di pelihara. Pilihan lo cuman dua Chel, Lo berjuang sampai dia mau, atau lo move on!" Sarkas Arsya seraya memasukan bakso kedalam mulutnya.
"Andai, mencintai Rangga ada tutorialnya di Youtube. Kayaknya gampang tuh," katanya.
"Chel. Gue saranin ya, lo berhenti peduli sama dia," ujar Arsya serius.
"Gak bisa. Gue udah berusaha sekeras mungkin tetap aja, gue selalu peduli sama dia,"
"Tapi, tadi lo bisa, gak nyapa dia?"
Rachel membuang nafasnya, "Gue bisa aja berhenti menunjukkan. Tapi, gue gak bisa buat berhenti peduli,"
"Ya udah lah. Terserah lo!"
❤️✨
Hari ini, toko yang biasa ia datangi tutup, jadi ia memilih toko baru ini untuk membeli buku diary. Lumayan, mereka sedang mengadakan diskon.
Dan disini lah Rachel. Matanya berbinar-binar menatap ribuan buku diary dengan cover yang sangat menarik. Niat membeli dua atau tiga buku untuk cadangan hanya sekedar wacana. Nyatanya, ia membeli sepuluh dengan cover beragam.
Uang jajan dari kedua orang tuanya, ditambah Dara dan Lingga masih ia simpan. Belum lagi, dari yang lainnya.
Bagi Rachel, sehari tak menulis tentang Rangga dalam buku diary nya adalah hal yang paling sulit ia lakukan. Jadi, lebih baik ia mempersiapkan dari sekarang dari pada repot jika sudah habis nanti. Begitu kira-kira alibinya.
"Mentang-mentang duit jajan dari dua kepala keluarga. Beli buku diary doang, banyak banget!" Sindir Arsya.
"Berisik lo. Yang penting, gue gak minta lo yang bayar,"

KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY RACHEL
Ficção AdolescenteCinta pada pandangan pertama. Itulah yang Rachel rasakan. Dahulu, yang Rachel tahu itu hanya sekedar rasa kagum. sebelum, detak jantungnya mulai tak karuan saat memperhatikan lelaki itu dari kejauhan. dialah Rangga. sosok laki-laki yang matanya ber...