12. HUKUMAN

128 23 10
                                    

Mencoba untuk mengerti, bahwasanya aku terlalu mengganggu.

- Rachel

❤️✨

"Ayah gak nyangka banget sama kamu Ga!" Murka Fahri.

Rangga menunduk merasa bersalah, "Maaf yah," katanya.

"Bisa-bisanya kamu pacaran. Sama dua wanita? dan sampai berurusan dengan guru konseling?" Fahri menggeleng tak habis pikir, "ayah gak membatasi hal apa yang kamu lakukan sebagai remaja. Pacaran itu jaman sekarang mungkin hal yang lumrah. Tapi, prestasi kamu harus di depan. Kalau sudah begini kamu mau bagaimana?"

Rangga diam, dari sudut mana pun tetap saja ia yang salah. Jika Ia mengikuti perkataan Gevin, mungkin tak akan serumit ini.

"Lihat Rachel, dia belum pernah tuh kelihatan pacaran. Setiap orang tuanya di panggil, pasti tentang beasiswa. Contoh Rachel,"

Rangga membatin, "Ya lah gak pacaran, orang dia ngejar-ngejar gue,"

"Ga, kamu harapan ayah. Cuman kamu yang ayah punya," kata Fahri lirih, "kamu adalah titipan berharga. Ayah gak mau kamu jatuh ke dalam lubang kesalahan," lanjutnya.

Rangga jadi tak enak hati. Mungkin, terkadang ia sangat membenci didikan keras ayahnya. Namun di satu sisi, ayahnya menunjukkan bahwa ia sangat menyayanginya.

"Ayah kecewa. Mulai dari besok dan tujuh hari ke depan, kamu gak dapat uang jajan,"

Rangga membelalakkan matanya terkejut, "Tapi yah--"

"Kesepakatan. Ingat?"

Rangga hanya bisa membuang nafas lelahnya. Mati lah ia, uang tabungannya tinggal dua puluh ribu. Bagaimana bisa ia bertahan seminggu dengan uang itu?

❤️✨

"Ga, fokus dong. Sebentar lagi nih kita tampil," ujar Gevin gemas.

"Vin, gue minjem uang lo ya? Minggu depan gue ganti," ujar Rangga.

Nando menatapnya menyeledik, "Lo kena hukuman bokap?"

Rangga mengangguk lesu, "Iya. Seminggu ke depan gue gak dapat jatah jajan. Mana sisa uang gue cuman dua puluh ribu lagi,"

"Lo minjem berapa? Lima ratus ribu doang 'kan? Ya udah, gue kasih. Gak usah lo ganti,"

"Nah, inilah keuntungan berteman dengan sultan," ujar Nando.

Rangga menggeleng, "Gak. Gue minjem, bukan ngemis," katanya.

"Serius, gue gak pa-pa. Kasihan 'kan nyokap bokap gue kerja uangnya cuman numpuk di rumah? Mending gue bagi-bagi," Jelasnya.

Nando menggeleng takjub, "Pantes lo sering traktir gue,"

"Kalau itu santunan duava," jawab Gevin cepat.

Nando menjitak kepalanya. Mentang-mentang kaya, kalau ngomong seenaknya. Jika bukan teman seperjuangan, mungkin sudah Nando buang jauh-jauh Gevin.

"Eh, gak jadi deh. Kayaknya gue masih punya uang cadangan dari kakek," dusta Rangga.

Pasalnya, prinsip Rangga adalah tak ingin berhutang budi apapun dan kepada siapapun. Sebisa mungkin, ia tak melakukan itu.

DIARY RACHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang