35. RANGGA CEMBURU? 2

115 22 40
                                    

Terlalu sering menyangkal rasa, hingga disadarkan oleh cemburu.

❤️✨

Rachel sibuk mencari buku diary miliknya. Buku yang terakhir kali ia ingat berada di rumah pohon, buku yang berisi betapa kagumnya ia pada sosok Rangga sedari kecil. Dan buku itu juga yang menjadi tempat curahan hatinya.

"Aduh, kalau buku itu hilang gimana?"

Rachel beberapa kali mengecek kardus yang berisi tumpukan buku-buku harian miliknya. Meski buku itu telah habis lembarannya, namun tetap saja kenangannya ada disana.

Sebetulnya, Rachel ingin sekali mempertanyakan tentang buku itu pada Dirla. Namun, ia mengingat bahwa dirinya masih merajuk. Terpaksa, niat itu diurungkannya.

Lelah mencari dan tak kunjung menemukannya, akhirnya Rachel membuka tirai kamarnya memandang ke luar cukup membuat hatinya sakit saat ini. Pohon kesayangannya, kini tak cantik lagi.

"Gue gak bisa lihat Rangga lagi belajar lagi, Rangga pulang main malam, Rangga ngambil paket," Rachel memejamkan matanya. "Duh, Rachel. Rangga itu jahat, lupain dia!" Katanya seraya memukul pelan kepalanya

"Tapi, kalau lagi gini enak kali ya makan es krim, coklat, roti di tambah makanan yang pedas gitu minumnya susu." Ujar Rachel seraya mengusap perutnya.

Andai saja ia tak merajuk, sudah pasti ia bisa menikmati semua makanan yang ia inginkan.

Tak lama, sebuah ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. Ia tak mau bersuara, itu pasti Dirla yang mencoba membujuknya.

"Gak, gue jangan mau di bujuk. Pokoknya, rumah pohon itu harus di bangun lagi!" Tekadnya.

"Permisi, paket."

Dugaannya salah, Rachel hafal suara itu.

"Maaf, kurir dari mana itu, tidak sopan sekali." Jawab Rachel membalas gurauan Farrel.

"Chel, buka dong. Gue bela-belain gak latihan buat jenguk lo, masa dibiarin nunggu di luar gini?"

Farrel. Lelaki itu memang paling perhatian padanya, andai saja perasannya dapat di setting beralih menyukai Farrel pasti tak akan sesulit ini.

"Astaghfirullah, Chel."

"Kenapa?" Tanya Rachel tanpa semangat, lalu kembali masuk dan merebahkan dirinya ranjang.

"Kangen aja. Katanya sih, disini ada yang lagi sedih."

Rachel yakin, Arsya pasti menceritakan semuanya pada Farrel.

"Hmm. Arsya yang bilang ya?"

"Gue yang nanya. Gak asik tahu liat lho kayak gini. Biasanya nih, lo itu penuh semangat. Masa sekarang kayak gini sih?"

Penuh semangat? Bagaimana ia bisa semangat saat salah satu kesayangannya, tempat paling favorit baginya, dan tempat paling nyaman untuk ia menulis diary nya kini di hancurkan.

"Gue lagi berduka, Rel. Salah satu kesayangan gue disakiti oleh orang-orang terdekat gue. Dan gak ada yang belain gue. Menyebalkan!" Jelasnya menyembunyikan wajahnya di balik bantal.

"Chel lihat deh gue bawa apa,"

Rachel menoleh, ia menyeka air matanya.

DIARY RACHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang