Jika yang pertama kali dipandang adalah rupa, kapan manusia akan lebih memperhatikan etikanya?
-Rachel
❤️✨
Rachel merenung sendiri meratapi nasibnya. Sudah ditolak mentah-mentah tadi siang, sekarang ia kesulitan pulang karena handphonenya mati, dan tak ada satu pun kendaraan yang bisa mengantarkannya pulang.
"Eh, lo Rachel 'kan?"Rachel menoleh, "Eh, Cinta,"
Ia sedikit terkejut, mengapa Cinta bisa ada di sini?
Cinta menyembulkan kepalanya, "Lo ngapain di pusat rehabilitasi ODGJ? Tanyanya.
"Oh itu, kakek gue disini," jelasnya jujur.
Cinta mengerutkan keningnya, "Kakek?"
Rachel mengangguk, "Iya, kakek. Lo sendiri, lagi ngapain?"
"Gue gak sengaja kesini. Tadinya, gue mau buat konten gitu," jelasnya.
"Oh gitu,"
"Lo lagi nunggu jemputan?" Tanyanya lagi.
Rachel menggeleng, "Enggak sih, soalnya handphone gue mati. Jadi, nunggu ojeg aja siapa tahu ada," jelasnya.
"Yaelah, bareng aja sama gue, yuk!"
"Gak ngerepotin nih?" Tanya Rachel meyakinkan.
Cinta menggeleng, "Santai aja,"
"Ya udah, makasih ya sebelumnya,"
"Ih santai aja kali. Gak usah kayak gitu," katanya seraya merangkul Rachel.
❤️✨
Arsya sudah kehabisan cara untuk mencari Rachel. Selepas isya, ia kembali ke sekolah hanya untuk memastikan ada atau tidaknya Rachel di sana.
Ia kembali dengan wajah gusar. Bagaimana pun, ia menyayangi Rachel seperti kakaknya. Ia jadi menyesal sibuk dengan urusannya, dan tidak pulang bersama dengan Rachel.
Sekarang, semua berkumpul di rumah Dirla. Dari mulai, Dara, Lingga, dan ketiga anaknya. Bagas dan Shasa. Elina dan Mahendra. Ela dan Edo. Bahkan, Fahri dan Rangga pun ada di sana.
"Emang gak pulang sama kamu, Sya?" Tanya Dara.
Arsya menggeleng, "Gak, aunty. Biasanya, kalau mau bareng dia suka nyamperin ke kelas. Arsya kira, dia sama teman-temannya," jelasnya.
Elina dan Mahendra sibuk juga bertanya-tanya kepada kerabatnya, Ela dan Edo langsung membantu Dirla menghubungi guru mereka.
Rangga melihat itu semua, banyak sekali yang peduli pada Rachel disini. Betapa beruntungnya Rachel, pikirnya.
"Udah hubungi semua teman-temannya, teh?" Tanya Lingga.
Dirla mengangguk, "Sudah, apa harus lapor ke polisi saja ya?"
"Harus nunggu dua puluh empat jam kalau mau lapor," jawab Bagas.
"Kang Azka belum pulang, teh?" Tanya Shasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY RACHEL
Roman pour AdolescentsCinta pada pandangan pertama. Itulah yang Rachel rasakan. Dahulu, yang Rachel tahu itu hanya sekedar rasa kagum. sebelum, detak jantungnya mulai tak karuan saat memperhatikan lelaki itu dari kejauhan. dialah Rangga. sosok laki-laki yang matanya ber...