24. LULUH

104 24 14
                                    

Mana mungkin untuk menyakiti, jika untuk membenci saja tak bisa.

-Rachel

❤️✨


Semua siswa olimpiade terlihat lelah, satu persatu keluar dari bus sekolah. Sungguh, hari ini adalah hari yang paling melelahkan.

Agni masih pucat, begitu juga dengan Caca yang terlihat lemah. Tim dua sebagai cadangan mengusap bahu Rachel lalu berpamitan.

"Chel, gue mau ngomong,"

Rachel menatap Rangga takut-takut. Apakah Rangga masih mempermasalahkan mengenai videonya yang tersebar luas itu?

Ayolah, tubuhnya sedang lelah saat ini. Ia tak siap untuk sekedar membela dirinya.

Rachel menoleh, "Eh, Ga!"

"Gue mau ngomong sama lo. Please, kali ini jangan menghindar,"

Rachel gugup, namun ia tak ingin berbicara banyak. Saat gugup, Rachel selalu tak dapat mengontrol perkataannya.

"Soal video itu--"

Rachel memotongnya cepat, "Sumpah, Ga. Gue gak tahu, tiba-tiba aja itu video udah viral. Gue gak posting apapun, gue gak bikin story apapun. Dan gue gak tahu siapa yang merekam sama menyebarkan video itu!" Terang Rachel.

Rangga menganga, bukan itu yang ingin ia bicarakan. Namun sepertinya, Rachel mengira ia akan memarahinya lagi.

"Chel, gue gak bahas itu," katanya.

Rachel membulatkan matanya, "Te-terus?"

"Gue mau minta maaf. Ucapan gue terlalu kasar buat lo. Gue sadar, gak seharusnya gue se-kasar itu sama lo. Gue dihantui rasa bersalah, dan lo selalu menghindar setiap gue mau bicara mengenai hal ini,"

Rachel terpaku, mata Rangga mengisyaratkan ketulusan. Jantung Rachel berdebar kencang, ini yang ia rasakan saat pertama melihat Rangga. Melihat binar mata lelaki itu, melihat keindahan didalamnya.

"Gue mungkin terlalu jahat, tapi gue harap lo bisa maafin gue. Lo boleh kok benci gue, atau bila perlu pukul gue,"

"Mana mungkin gue nyakitin lo, Ga. Membenci lo pun, gue gak bisa," batinnya.

"Gue udah maafin kok, mana bisa gue benci sama lo,"

Rangga tersenyum, "Makasih, ya!"

"Ya, ya udah. Gue duluan ya, Ga!"

"Mau pulang?"

Rachel mengangguk, "Iya, gue capek banget hari ini,"

"Bareng aja,"

Rachel menatapnya tak percaya. Apakah benar ini Rangga? Lelaki yang selalu menunjukkan bahwa ia tak menyukainya.

Rachel menenangkan pikirannya, mungkin saja Rangga kali ini sedang diliputi rasa bersalah. Ayolah, jangan terlalu percaya diri bahwa Rangga sedang membuka hati.

"Gak usah, nanti ngerepotin lo," tolak Rachel halus.

"Gak kok. Yuk?" Katanya seraya menyerahkan satu helmnya pada Rachel.

Rachel mengangguk seraya mengambil helmnya lalu duduk dibelakang mencium wangi rambut Rangga yang mampu membuatnya luluh.

❤️✨

Arsya baru saja selesai bermain futsal bersama teman-teman satu ekstrakulikulernya. Ia bersandar sambil memainkan ponselnya. Serasa ada yang kurang, tapi entah apa.

DIARY RACHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang