33. FARREL

108 22 6
                                    

Karena lo, gue takut untuk memulai sesuatu yang baru dengan orang baru.

-Farrel

❤️✨

Rangga masuk ke rumah Rachel hendak mengajak gadis itu untuk berangkat bersama. Ia meminta Gevin dan Nando untuk berangkat lebih dulu dengan alasan ada yang harus ia selesaikan. Namun, sebelum itu ia memperhatikan beberapa  sisa kayu dari rumah pohon Rachel yang kemarin dihancurkan. Dan, ada yang menarik dimatanya.

Rangga menghampirinya, ia ingat betul bahwa ini buku diary milik Rachel. Gadis itu sering sekali membawanya kemanapun ia pergi.

 Gadis itu sering sekali membawanya kemanapun ia pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ini buku kesayangan Rachel. Dia sengaja buang, apa gimana sih?" Tanyanya pada diri sendiri.

Kemudian ia menatap jendela kamar Rachel di atas sana. Gordennya masih tertutup dengan jendela yang sudah terbuka.

"Aneh." Pikirnya.

Rangga jadi teringat, Rachel saat ini sedang berduka karena rumah pohonnya telah hancur dan pohon kesayangannya kini tak secantik dulu.

Tersenyum sambil memikirkan tingkah bodoh
Rachel dan Arsya setiap malam Minggu. Meski kadang Rachel kerap kali berteriak menyambutnya yang baru pulang main, namun Rangga tak menyangkal bahwa itu hal yang ia rindukan sekarang.

Ia mengurungkan niatnya untuk mengajak Rachel berangkat bersama. Rangga memasukan  buku diary milik Rachel ke dalam tasnya. Semoga saja, Rachel bisa kembali ceria setelah ia mengembalikan buku diary itu nanti.

"Nanti gue balik lagi, Chel."

###

Arsya termenung sendirian. Biasanya, jam istirahat seperti ini ia menghampiri Rachel untuk meminta uang atau sekedar mencomot makanan gadis itu.

Namun, sekarang hanya dirinya sendiri. Ia belum memiliki teman akrab, hanya Rachel dan Farrel yang ia rasa dekat dengannya.

"Sya!" Seru Farrel.

Arsya menoleh, "Eh, kak. Gimana? Udah ada titik terang?"

"Belum sih, gue masih menyelediki lebih dalam. Soalnya, masih ada beberapa kejanggalan."

Arsya mengangguk, "Oh, gitu. Ya udah, nanti gue ikut menyelidiki aja." Katanya.

Farrel langsung menggeleng cepat. "Gak, gak usah. Biar gue aja kalau yang menyelediki. Lo tinggal cari beberapa kejanggalan saat video itu disebarkan."

Arsya terdiam sambil menatap Farrel curiga. Namun, ia tak mempertanyakannya sekarang. Semoga saja, ini hanya prasangka buruknya.

"Oh iya, Sya. Rachel kemana? Gue cari-cari dia kok gak ada?" Tanya Farrel.

Arsya kembali lesu mendengar nama itu. Pasalnya, Rachel erat kaitannya dengan pohon itu. Mereka sedang berduka sekarang, dan Rachel adalah korban yang paling merasa kehilangan.

DIARY RACHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang