40. PATAH SAAT TUMBUH

89 21 15
                                    

Ada yang lebih menyakitkan dari sekedar susah melupakan. Yaitu, dipatahkan saat sedang tumbuh

-Arsya

❤️✨

Ranggaa berjalan dengan percaya diri. Ia yakin bahwa malam ini Rachel pasti akan kembali luluh padanya.

"Chel, gue yakin kalau gue sekarang suka sama lo." Katanya dalam hati seraya tersenyum membuat Fahri yang melihatnya menggelengkan kepalanya heran.

Setelah sampai dikediaman Mahendra, baru Rangga saja dan ayahnya yang sudah sampai. Mahendra terheran-heran, biasanya Rangga adalah orang terakhir yang datang dan pulang paling awal. Apakah karena ini acaranya?

Tak mau memikirkan lebih lanjut, Mahendra mencoba menghubungi kedua anaknya. Sebenarnya ia kesal bukan main, ia telah mewanti Bagas dan Lingga agar menunda dulu liburannya. Tapi mereka tetap keukeuh pergi dengan alasan anak-anak mereka butuh hiburan.

"Sya?" Tanya Mahendra kala Arsya sedang menikmati kue buatan Elina.

Arsya menoleh. "Kenapa kek?"

"Kenapa gak ikut liburan?"

Arsya mengangkat kedua bahunya tak acuh. "Males, gak ada Rachel!" Jawabnya lalu pergi.

Sungguh tidak sopan, sepertinya Arsya adalah salah satu cucu yang harus di coret dari keluarga besar Mahendra Airlangga.

Mahendra kini duduk, mencoba menikmati acara yang ia buat untuk kedua cucunya. Tanpa kedua anaknya bukan masalah, yang terpenting Rachel berhenti merajuk.

"Kek.." sapa Rangga.

Mahendra sedikit kebingungan. Apa ia tidak salah dengar Rangga menyapanya dengan ramah? Biasanya, Rangga cuek seolah tidak menyukainya.

"Tumben datang paling awal?" Tanya Mahendra.

Rangga hanya tersenyum. "Ini 'kan acara Rangga sama Rachel. Jadi harus datang lebih awal."

Mahendra hanya menatap Fahri seolah mengatakan, ada apa dengan anak mu hari ini? Fahri menggeleng seraya tersenyum kaku.

Dan tak lama, yang di tunggu-tunggu datang. Rachel memakai dress berwarna pastel. Sungguh, ia terlihat seperti gadis yang menggemaskan sekarang. Rambut terurai yang dihiasi dengan pita lucu, meski tanpa make up namun mampu membuat Rangga tak bisa mengalihkan perhatiannya pada yang lain.

"Princess kita sudah datang ni.." ujar Mahendra.

Arsya yang memasukan potongan kue terakhir ke mulutnya langsung berlari menuju ruang keluarga. Elina sampai menggeleng takjub. Sebenarnya, gen mana yang masuk ke tubuh cucunya ini? Bagas dulu tidak seperti itu.

Ah, Elina lupa Arsya sebelas dua belas dengannya.

"Chel! Akhirnya lu datang juga. Gue bete nih dari tadi!"

Rachel hanya memasang wajah malas. Arsya tahu perasaan gadis itu, pasti ia masih kesal dengan pohon mereka yang di tebang.

"Kenapa lu gak ke rumah gue dulu aja?"

Bibir Arsya mencebik. "Biasalah, disuruh nyobain kue sama nenek kita tercinta. Takut ada racun kali, gue jadi kelinci percobaan!"

DIARY RACHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang