1

692 40 12
                                    

"Dari keinginan terdalam sering kali muncul kebencian yang paling mematikan." 

.
.
.

Sepuluh tahun yang lalu

Saudara kembarku entah dimana. Ketakutan melanda lenganku saat aku bergerak melalui ballroom, mengikuti arus kerumunan. Orang-orang berbisik saat aku melewati mereka.

Desas-desus menyebar ke seluruh ruangan seperti asap tertiup angin. Elit Daegok menawarkan senyum palsu dan basa-basi ketika tatapan kami bertemu, berpura-pura mereka tidak membicarakanku. 

"Itu Kim Yeorin," kata seorang wanita pirang dengan tangan di depan mulutnya, menatapku dari sudut matanya. 

"Dia cantik," komentar wanita lain. "Tapi kudengar dia gila seperti ibunya." 

Pipiku memerah karena panas. Aku mempertimbangkan untuk mengoreksinya tetapi menahan lidahku. Kakek telah melatihku sebelum pesta, memperingatkanku tentang penduduk kota yang usil. Jadi aku mengabaikan mereka, tetap menutup telinga saat mereka bergosip.

"Dia mungkin akan lari seperti ibunya," seorang wanita berambut merah berkata tentangku, menjentikkan kunci panjangnya ke bahunya. "Para pria Hwang tidak bisa menahan para wanita dari keluarga Kim cukup lama untuk menjadi pewaris."

Seorang pirang cantik berusia akhir empat puluhan mendongakkan kepalanya ke belakang dan tertawa. "Jika dia seperti ibunya, dia tidak akan bertahan sampai hari pernikahan." 

Aku menjulurkan telingaku untuk mendengarkan, tetapi musik orkestra yang keras menenggelamkan suara mereka. 

Pernikahan? Ahli waris? Apa yang mereka bicarakan

Menunduk, aku menarik topengku dan berjalan menuju pintu masuk ballroom. Namaku ada di bibir semua orang. Mereka ingin tahu mengapa kakek menyembunyikanku selama delapan belas tahun terakhir, mengapa dia menunggu untuk memperkenalkanku kepada teman-temannya.

Pria akan melongo melihatku, sementara wanita mengamatiku dengan campuran keingintahuan dan penghinaan. Aku tahu ketika aku tidak diinginkan di suatu tempat, pelajaran yang ku pelajari dari orang tuaku yang menyebalkan. Jadi aku menyelinap keluar ruangan dan berjalan menyusuri lorong berlantai ubin yang panjang.

Keluarga Hwang menyelenggarakan pesta tahunan mereka pada akhir Juli. Semua orang dari komunitas pesisir bergengsi hadir. Dan karena keluarga Hwang termasuk di antara keluarga pendiri, itu mengharuskanku untuk memainkan peranku. Jadi aku akan menjadi cucu yang berbakti untuk satu malam. 

Satu jam yang lalu, kakekku menghilang dari ballroom bersama Hwang Jongsuk, meninggalkan Yeonjun dan aku untuk berjuang sendiri melawan serigala. 

Nenekku meminum champagne dengan teman-temannya yang beringas, tapi aku menjaga jarak. Dia menegaskan bahwa dia membenciku. Aku tidak mengenal siapa pun di kota, aku juga tidak peduli untuk mengenal satu pun dari mereka. 

Yeonjun memukul-mukul tembakan Patrón saat dia bergumam tentang semua orang di Daegok sebagai orang kaya yang bodoh tanpa penglihatan. Yeonjun mengatakan siapa pun yang memberinya masalah akan dia singkirkan dari jalannya. Aku bosan menonton dia minum sendiri hingga mabuk, jadi aku berjalan-jalan dan terpisah dari Yeonjun. 

Sepanjang malam aku bermimpi berjalan-jalan di pantai bersama Yeonjun sebelum kembali ke rumah. Tak satu pun dari kami bisa berdiri diantara kakek-nenek kami yang mendandani kami seperti boneka, semua demi memperkenalkan kami kepada teman-teman mereka. Aku menunjukkan perilaku terbaikku sepanjang malam, dan aku hanya ingin melepaskan sepatuku dan merasakan pasir di antara jari kakiku. 

The Devil i HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang