Bagian 3 : Hoodie

1.2K 95 58
                                    

B a g i a n 3 : Hoodie

"Tidak ada yang salah dengan rasa cemburu, hanya saja letak rasa itu sudah berada di orang yang tepat belum?"

***

Setelah Anggi sudah merasa lebih baik, Fitri dan Melisa mengajaknya untuk ke kantin karena sedari tadi cacing di perut mereka sudah meraung-raung kelaparan.

"Mau pesen apa kalian?" tanya Melisa.

"Gue selera seblak deh," ujar Anggi yang langsung di hadiahi tatapan tajam dari kedua sahabatnya.

"Gila ya, sarapan aja belum bahkan sampai pingsan dan kamu masih mau makan seblak?"

"Hehe, ayolah Pit, Cimey. Aku selera banget, mau makan seblak."

Melisa dan Fitri menggeleng kompak, "Nggak, Anggi. Kita nggak mau kamu sampai kenapa-kenapa cuma karena ngeyel mau makan seblak."

Bahkan wajah memelas Anggi pun tidak dapat meluluhkan pendirian Fitri dan Melisa yang sudah mengatakan tidak. Untuk hal seperti ini kedua sahabatnya memang sangat tegas, dan itu tidak terjadi hanya pada Anggi saja, jika salah satunya dari mereka dikabarkan sakit, maka dua yang lainnya akan ikut menjaga dan mengingatkan agar kondisi temannya cepat pulih, seperti yang di lakukan Fitri dan Melisa sekarang.

"Bubur aja ya, Nggi?"

Anggi berdecak kesal, "Kalian kan tau aku nggak suka bubur."

"Tapi cuma makanan itu yang paling sehat, buat hari ini aja, Nggi. Besok terserah deh lo mau makan apa," ujar Fitri.

Melisa mengangguk setuju, "Daripada nanti kamu makin nggak enak badan, mending ikutin apa yang kita bilang, kita nggak mau kamu makin drop ya."

"Yaudah deh, tapi buburnya boleh pake sambel ya?"

"Iya boleh, ayo beli dulu."

"Eh, gue kan pernah janji mau traktir kalian, kalau pulang sekolah hari ini kalian bisa nggak?" tanya Fitri.

"Bisa kalau di traktir!" jawab Anggi penuh semangat.

"Bisa dong!" tambah Melisa.

Setelah membeli dan mendapatkan sebungkus bubur ayam di tangan mereka, ketiganya mengedarkan pandangan untuk mencari kursi yang masih tersisa.

"Kayaknya hari ini seneng banget ya? Daritadi senyum-senyum," tanya Melisa, entah kenapa dirinya ikut merasa bahagia saat melihat senyuman tak lepas dari wajah Anggi.

"Hehehe, ya Cimey tau lah alasannya." jawab Anggi tanpa melepas senyuman-nya.

Namun, senyum Anggi meluntur saat melihat Tama yang asik makan berdua dengan Femila, tak ada sedikit pun guratan kesedihan disana, keduanya sibuk tertawa seakan-akan disana hanya ada mereka, tanpa memikirkan hati
yang akan terluka.

"Nggi, nggak usah di liat," ujar Melisa sembari mengusap bahu Anggi pelan.

"Sini!" sahut Fitri menarik tangan Anggi dan Melisa ke arah meja Tama.

"Hai!" sapa Fitri sembari tersenyum, ia langsung duduk tepat di sebelah Femila dengan wajah tanpa dosanya, diikuti oleh Melisa, dan Anggi yang terpaksa duduk di sebelah Tama karena hanya kursi itu yang tersisa.

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang