Bagian 28 : Makan Malam

844 81 59
                                    

B a g i a n 28 : Makan Malam

Terkadang perkataan tak sesuai
dengan isi hati.

***

"Boleh aku minta kamu buat jauhin Femila?"

Tama terdiam sebentar, "Hanya itu cara satu-satunya?"

"Sesulit itu ya?" tanya Anggi pasrah.

"Oke, aku akan jaga jarak sama dia," putus Tama.

Anggi menghela nafas lega, "Maaf, Tam. Aku cuma nggak mau kehilangan lagi," batinnya dalam hati.

"Makasih, Tam."

"Apapun, Nggi."

Anggi kembali menyandarkan kepalanya di bahu Tama. Hening melanda ruangan itu, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Kamu mau jalan-jalan?"

Anggi menggeleng, "Capek, dan aku tau pasti kamu juga, kalau kamu mau pulang gapapa, aku udah enakan kok."

"Serius?"

"Iyaa, Tamaa."

"Yaudah aku balik ya? Jangan nangis lagi, kalau ada apa-apa hubungin aku."

"Iya, jangan lupa di tutup lagi pintunya."

Tama menyempatkan untuk mengusap-usap puncuk kepala Anggi sebelum ia beranjak dari kamar gadis itu.

"Tama, gimana?"

Baru saja menutup pintu kamar Anggi, Tama sudah di hadapkan dengan banyak pertanyaan dari Lana dan Nafira.

"Dia baik, Kak, Tan. Cuma mungkin dia butuh waktu sendiri."

Nafira mengangguk mengerti, "Makasih ya, Tam udah dateng,"

"Sama-sama, Kak."

"Yaudah, Ma. Aku mau siapin makan buat Anggi dulu, biar di anter ke kamarnya aja," pamit Nafira.

"Iya, pastiin dia ambil makanannya ya, Na."

"Iya!" sahut Nafira yang sudah berjalan menuju ke dapur.

"Kalau gitu saya pamit dulu ya, Tan." pamit Tama, ia meraih lalu menyalami punggung tangan Lana.

"Iya, hati-hati ya, Nak."

"Tama."

Lelaki itu kembali menoleh, pandangannya bertemu dengan bola mata Lana yang menyiratkan kekhawatiran.

"Cukup saya dan keluarganya yang sudah mengecewakan dia, jangan sampai kamu juga, karena saya yakin kamu sumber kebahagiaannya saat ini."

***

Mentari bersinar dengan terang menyambut hari senin dengan ceria, walaupun kebanyakan rakyat bumi justru bersikap sebaliknya.

"Tam, kemarin Mama beli brownies, Anggi suka nggak? Kalau misal dia suka, nih Mama udah sisain buat kamu kasih ke Anggi."

Tama meneguk segelas air putih lalu meraih satu kotak bekal berisi brownies yang di titipkan oleh Ana, "Iya, yaudah Tama berangkat dulu."

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang