Prolog

3.5K 120 40
                                    

P r o l o g

Sudah kesekian kali,
tetapi rasa ini masih sama adanya.

***

Anggi melangkahkan kakinya dengan tenang, hari itu tepat jam enam pagi, ia sudah  menginjakkan kakinya di dalam kelas sebagai orang pertama.

Tangannya meraih salah satu buku novel yang sengaja ia tinggalkan di dalam laci mejanya, hanya untuk berjaga-jaga jika penjelasan guru mulai terdengar membosankan.

Lembar demi lembar ia buka secara perlahan, membacanya dengan tenang, membiarkan satu-persatu teman kelasnya berdatangan.

"Tam, balikin ponsel gue anjir!"

Anggi mengalihkan pandangan matanya kepada dua lelaki yang sedang berebut ponsel di depan kelas. Pesona salah satunya memang tak pernah bisa ia hindari.

"Kalau cuma di liatin doang nggak akan bisa jadian, Anggi."

Gadis berambut hitam tebal itu menaruh tasnya pada kursi di sebelah Anggi, "Liatin mulu, yakin nggak bosen?"

"Apa sih, Cimey!"

Gadis bernama Melisa itu merengut kesal di saat Anggi kembali memanggilnya dengan sebutan Cimey.

"Kan itu panggilan sayang dari aku sama Pipit, Ci," ujar Anggi sembari memperlihatkan cengiran khas-nya.

"Terserah kamu deh, Nggi."

Melisa pun sempat kebingungan akibat panggilan yang di berikan oleh kedua temannya itu. Kata mereka, panggilan itu di dasarkan dari sifat dewasa yang ia miliki.

"Cimeyy! Anggi! Tau nggak, nanti malem-"

"Berisik ah lu, Pit!"

"Diem aja lo, Tam."

Gadis yang akrab di panggil Pipit itu menajamkan pandangannya pada lelaki yang baru saja memotong ucapannya tanpa izin.

"Kenapa, Pit?"

"Jadi gini, besok kan gue ulang tahun. Kalian mau kan ke pesta gue? Berhubung besok libur juga, jadi gue mau rayain ala-ala Birthday Night's Party gitu!"

"Aku bisa-bisa aja sih," jawab Melisa.

Fitri mengalihkan pandangannya pada Anggi, lalu tersenyum penuh arti, "Tenang, Nggi. Tama gue ajak kok!"

"Pipit! Suara lo terlalu keras," peringat Anggi.

Anggi tidak ingin sampai Tama tau tentang perasaannya, cukup menjadi rahasia hatinya saja.

Fitri menepuk dahinya, "Aduh maaf, Nggi. Maaf banget! Tapi lo ikut kan?"

"Iya, gue ikut."

"Siap, khusus lo berdua dateng jam sepuluh malam ya! Bantuin gue buat rias wajah dan juga bantu gue buat nentuin baju yang bakal di pakai!"

"Iya, Pit," balas Anggi dan Melisa kompak.

Fitri tersenyum puas lalu berjalan ke arah belakang, tempat dimana anak-anak lelaki berkumpul.

Anggi menatap Fitri yang terlihat bercengkrama dengan lelaki di kelasnya. Salah satunya adalah Tama, sejak awal masuk, lelaki itu sudah berhasil menarik atensinya.

Namun tak ada sedikit pun gerakan untuk mendekati pria itu. Anggi pun juga tidak mengerti dengan dirinya yang sangat sulit untuk bergaul dengan orang baru, khususnya para lelaki.

Awalnya Anggi hanya penasaran dengan Tama, ia hanya ingin berteman dekat dengan lelaki itu, namun semakin lama ia memendam rasa penasaran, tanpa di sadari rasa itu berubah menjadi rasa yang berbeda, namun sayangnya ia tidak pernah sekalipun berbincang dengan Tama, padahal Fitri yang baru kenal sejak pertama masuk kelas saja sudah bisa sedekat itu dengan Tama.

Anggi ingin sekali berbincang atau mencoba untuk dekat dengannya, tetapi ia tidak berani untuk menunjukkan rasanya.

***

"Tam, lo bakal dateng ke acara Fitri?" tanya Kelvin, salah satu teman dekat Tama.

Baiklah, mari kita berkenalan sebentar dengan lelaki yang dapat menarik atensi kaum hawa ini. Namanya Mark Natama Altezza, pesonanya memang harus di akui, apalagi di saat tangannya sudah menyentuh alat musik.

Sifat humoris yang melekat pada dirinya sudah di kenal oleh banyak orang di SMA Garuda, jika berteman dengan Tama, bisa di pastikan hari-hari kalian akan jauh lebih berwarna.

"Dateng lah, kenapa nggak? Lumayan makanan gratis," jawab Tama.

"Kenapa lo nggak mau dateng? Yaelah, Vin. Masalah masa lalu mah nggak usah di bawa-bawa lagi, dateng aja nggak usah gengsi!" tambahnya.

"Kampret lo!"

"Tam, lo kenal temennya Fitri ngga?" tanya Kelvin tiba-tiba.

"Temen dia banyak, yang mana dulu?"

"Yang sering bareng dia di kelas, kan mereka suka duduk bertiga,"

"Maksud lo Melisa? Atau Anggi?"

"Kenal?"

"Kenal, kalau Melisa sih pernah ngobrol soal tugas kelompok, kalau Anggi gue belum pernah ngomong apapun sama dia," jelas Tama.

"Kenapa? Mau jadi target setelah Fitri?"

"Kaga lah! Gue cuma mau tanya aja, nggak usah kemana-mana pikiran lo!"

Tama terkekeh, "Iya, becanda doang gue, nanti lo kesana mau bareng gue sama yang lainnya ngga? Sebelum itu cabut dulu kita."

"Yakali nggak, gue tunggu di tempat biasa ye!"

"Siap, bos!"

***

Halo semua!
Salam kenal, para warga markas dan angginatic, atau para margivers hihi

Ini cerita pertamaku tentang Mark dan Anggi, semoga kalian suka ya! Btw dari kalian ada yang mengalami hal yang sama kayak kisah ini? Suka sama orang tapi ga berani bilang, cuma bisa mandang dia dari jauh aja, sedangkan teman deket kamu bisa sedeket itu sama dia, ada yang pernah? xixixi🤪

Jangan lupa vote, comment, dan share!
Terima kasih!

🍅🤍

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang