Bagian 47 : Kereta

813 86 169
                                    

B a g i a n 47 : Kereta

Terbawa lagi langkahku ke sana
Mantra apa entah yang istimewa
Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja.

Sesuatu di Jogja - Adhitia Sofyan.

***

"Boleh relain Tama buat gue?"

Anggi tersenyum tipis lalu menatap wajah Selin yang masih memasang wajah memohon padanya.

"Kalau gue mau baik, gue pasti akan memperbolehkan, Sel."

"Tapi gue nggak mau kehilangan Tama untuk kesekian kalinya."

"Seyakin itu kalau Tama masih cinta sama lo?" tanya Selin.

"Yakin."

Selin terkekeh pelan, "Beberapa minggu ini Tama selalu sama gue, Nggi. Dia pernah hancur waktu gue ninggalin dia, saat dia butuh sandaran, gue yang ada disana, bukan lo."

"Satu lagi, gue sama dia sudah saling kenal dan saling mengetahui satu sama lain sejak lama, dan lo tau kan persahabatan antara cewe dan cowo pasti akan berakhir saling menyimpan rasa?"

"Seyakin itu?"

"Iya."

"Sekarang gantian gue yang nanya," ucap Anggi sembari berjalan satu langkah mendekati Selin.

"Lo tau nggak bagaimana hancurnya Tama di malam Papanya meninggal?"

"Dia pernah nangis di depan lo?"

Selin menggeleng pelan, membuat Anggi tersenyum puas.

"Gue tau, Sel."

"Gue ada disana, gue liat dia nangis, gue liat seberapa kacaunya dia, bahkan baju gue basah karena air mata dia."

"Dan terakhir-"

"Memangnya dia pernah jadi milik lo?"

"Memangnya dia pernah membalas perasaan lo?"

"Lo memang lebih tau banyak hal tentang Tama, tapi setidaknya gue pernah di cintai sama dia, Sel."

Selin terbungkam atas pertanyaan Anggi barusan, tangannya mengepal menahan malu.

"Hubungan gue sama dia bukan hal yang mudah untuk di jalani, banyak rintangan yang harus gue hadapi, dan sudah terlalu banyak orang yang andil dalam kandasnya hubungan gue sama Tama."

"Setelah ini gue nggak akan biarkan satu orang pun merusaknya lagi, apalagi dengan modal memohon kayak gitu."

"Cinta itu butuh perjuangan, bukan sekedar meminta."

"Okey, kalau gitu bakal gue perjuangkan," putus Selin seakan-akan menantang Anggi.

"Silahkan, gue akan terima apapun akhirnya nanti, tapi lo harus inget kalau gue nggak akan pernah menyerahkan Tama semudah itu."

"Anggi, Selin! Kok lama sih?! Buruan jam setengah empat kita udah harus berangkat."

Teriakan Nafira berhasil memecahkan suasana tegang yang sempat terjadi, kedua gadis itu pun langsung beranjak ke ruang tamu sembari membawa nampan berisi dua gelas teh hangat.

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang