Bagian 25 : Vila

854 88 73
                                    

B a g i a n 25 : Vila

Banyak orang yang akan datang di dalam kehidupan kita, ada yang memilih tinggal, namun tak sedikit yang memilih singgah.

***

"Kamu yang berlebihan, Nggi!"

"Tam," tegur Kelvin ketika suara temannya itu sudah meninggi.

Tama mengatur nafasnya, ia mengarahkan mobilnya untuk mampir sebentar di rest area. Baru saja mobilnya terhenti untuk parkir, Femila langsung membuka pintu mobil dan mengeluarkan isi perut yang sudah ia tahan sejak tadi.

"Fem!"

Tama memutuskan untuk keluar, ia menyamakan tingginya dengan Femila dan mengusap bahu gadis itu, "Mau minum? Atau gimana?"

Kelvin melirik ke arah Anggi yang sudah memalingkan wajahnya, "Tam, lo beli makan aja, Femila biar sama gue."

"Lo pada belom sarapan?"

"Anggi belum," tambah Fitri seolah mengerti apa yang Kelvin maksud, dan ia juga tidak berbohong.

Kelvin, Melisa, dan Fitri pun turun dari mobil, sedangkan Reza dan Aziel memilih untuk tinggal di dalam sana, mereka terlalu malas untuk keluar.

"Ayo, Fem ke toilet, lo bawa baju ganti kan?"

"Dimana? Biar gue ambilin?"

"Tam, cewe lo belum makan, Femil biar jadi urusan gue."

Fitri menatap Tama tajam, "Jangan sampai perhatian kecil kayak gini buat rasa itu kembali lagi ya, Tam."

Tama menghiraukan ucapan Fitri, lalu kembali ke dalam mobilnya, "Nggi, kamu belum sarapan?"

"Nggi."

"Aku mau tidur, jangan ganggu."

Anggi memejamkan matanya lalu membiarkan Tama keluar meninggalkannya di mobil, ia berusaha untuk benar-benar tidur agar tidak perlu melihat perhatian-perhatian kecil dari pacar-nya untuk orang lain.

Jika itu terjadi pada Fitri dan Melisa, mungkin Anggi tidak akan mempermasalahkanya, namun kali ini terjadi pada seseorang yang pernah singgah di hati Tama, pernah membuat Tama jatuh hati.

Walaupun seseorang sudah mempunyai sebuah rumah, tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan pergi dan berlabuh di banyak tempat.

Pertanyaannya hanya satu, apakah dirinya sudah menjadi rumah itu? atau hanya menjadi salah satu dari sekian banyak pelabuhan yang akan lelaki itu singgahi?

Beberapa menit kemudian, Anggi bisa merasakan bahwa mobil Tama mulai berjalan kembali untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju ke Bandung, namun ia tetap memilih untuk memejamkan mata, berpura-pura tidur.

"Anggi beneran nggak jadi makan, Tam?"

"Nggak, gue tanyain dia malah tidur, tapi tadi udah gue beliin paket Mcd kesukaannya."

"Lain kali jangan gitu lagi lah, Tam," ujar Kelvin menasihati.

"Gue panik, Vin. Muka Femil pucet banget gila, bukannya ikut khawatir atau nenangin gue-"

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang