Bagian 31 : Usai di Sini

994 101 211
                                    

B a g i a n 31 : Usai di Sini.

Lebih baik kita usai di sini
Sebelum cerita indah,
Tergantikan pahitnya sakit hati.

Usai di sini - Raisa.

***

Pagi ini Tama bangun lebih cepat dari biasanya, bahkan pada pukul enam pagi ia sudah siap dengan seragamnya.

"Tam? Tumben banget? Kemarin lemes, sekarang semangat bener, anak Mama satu ini sehat kan?"

"Ajarin aku buat sarapan, Ma," pinta Tama.

"Oke, ini bener-bener bukan kamu, Tam."

"Tama lagi serius, Ma."

"Yaudah buat aja roti, biasanya juga kamu sarapan roti doang."

"Masalahnya bukan buat aku."

"Terus?"

"Buat Anggi."

Sorot mata Ana langsung berbinar, "Bilang dong kalau buat calon mantu Mama, jangan hari ini deh, nanti Mama beli bahan-bahan dulu, bikin sarapannya besok aja gimana?"

Tama menghela nafas, "Yaudah, Tama naik lagi ya."

"Jangan naik, sarapan aja sama Papa, mumpung kamu bangun pagi," usul Ana.

Tama mengangguk setuju lalu beranjak ke meja makan, disana sudah ada Gavin yang tengah menunggu sajian makanan dari Ana.

Lima menit berselang, Ana datang sembari membawa nampan berisi nasi goreng untuk sarapan pagi ini.

"Tumben udah siap?"

"Ada yang mau masakin sarapan buat pacar, Pa," ledek Ana.

"Bangun pagi lebih baik waktunya di gunakan untuk belajar, sebentar lagi ujian akhir, dan nilai kamu akan menentukkan universitas yang kamu tuju."

"Iya."

"Jadi kan di UGM?"

"Tama usahain, Pa."

"Papa butuh bukti, belajar jangan ngurusin pacar aja," tambah Gavin.

"Papa kayak nggak pernah muda aja," celetuk Ana bermaksud untuk mencairkan suasana.

"Bukan masalah itu, Ma. Tama anak kita satu-satunya, cuma dia yang bisa di andalkan nantinya," ujar Gavin.

Setelah mengatakan itu, Gavin beranjak dari meja makan untuk bersiap-siap ke tempat kerja-nya menyisakan Tama dan Ana berdua di meja makan.

"Mama dukung kamu sama Anggi kok, Papa biar jadi urusan Mama, asal kamu jangan nyakitin Anggi ya, awas aja!" gurau Ana.

Tama terdiam, lalu kembali berkata, "Yaudah Tama berangkat dulu ya, Ma."

"Iya, hati-hati ya sayang."

Lelaki itu pun beranjak menuju ke garasi dan mengambil motornya seperti yang biasa ia lakukan setiap pagi.

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang