Bagian 21 : Permintaan Maaf

995 97 78
                                    

B a g i a n 21 : Permintaan Maaf.

Luka adalah suatu hal yang tidak bisa diperbaiki dalam hitungan detik, ia butuh ruang dan waktu untuk sembuh dengan sendirinya.

***

Kelvin :
Tam
Lo balik jemput anggi kan?
Tadi gue ajak dia balik bareng, dia gamau katanya nunggu lo aja
16.07

Tam
Lo udah jemput dia kan?
17.50

Tama menepuk dahinya, ia melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, tanpa pikir panjang Tama langsung pergi untuk menghampiri Anggi, berharap gadis itu akan baik-baik saja.

Rasa sesak menjalar di hatinya saat menemukan kekasihnya masih duduk disana seorang diri, ia memaki dirinya sendiri, bisa-bisanya ia melupakan seseorang yang seharusnya menjadi prioritas utamanya.

Tama berjalan menghampiri Anggi, lalu mengusap pelan rambut kekasihnya, hal itu membuat Anggi tersadar dengan keberadaannya.

Mata Anggi yang berkaca-kaca membuat Tama semakin merasa bersalah, keheningan melanda mereka selama beberapa detik, hingga akhirnya Tama memecahkan keheningan tersebut.

"Nggi, maaf-"

"Gila kamu," lirih Anggi memotong permintaan maaf dari Tama.

Tama menyamakan tingginya dengan Anggi yang sedang duduk, lau mengusap air mata gadis itu.

"Hey, maaf."

"Kamu kemana?"

"Aku anter Femila tadi-"

"Enggak mungkin selama ini, Tama."

"Aku ajak dia nonton dulu, Nggi. Dia lagi sedih, aku cuma mau ngehibur dia aja."

"Aku mau pulang," potong Anggi, ia tak ingin lagi mendengar perkataan yang keluar dari mulut pacarnya.

Tama mengangguk, "Iya, ayo pulang."

Selama di perjalanan, tidak ada sedikitpun kata yang terucap, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, hingga tak terasa motor Tama sudah sampai di depan rumah Anggi.

Anggi turun dari motor Tama tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, bahkan kata terima kasih sekalipun atau sekedar mengingatkan Tama untuk berhati-hati.

"Nggi," panggil Tama, ia menarik tangan Anggi agar gadis itu tidak pergi begitu saja.

"Maaf."

"Iya."

"Aku tau kamu marah, aku tau aku salah, tapi jangan diemin aku kayak gini, Nggi."

"Terus kamu pikir aku harus gimana, Tam?"

"Harus pura-pura senyum seakan semuanya baik-baik aja?"

Perkataan Anggi mampu membuat Tama bungkam seketika, lelaki itu menghela nafas pasrah, lalu berkata, "Yaudah, aku pulang dulu ya? Aku kasih ruang buat kamu berfikir, istirahat ya, Nggi."

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang