Bagian 23 : Peluk

895 98 64
                                    

B a g i a n 23 : Peluk

Rumahku berbeda, ia tampak hangat dari luar, namun terasa sangat asing dari dalam.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, dan Tama masih berada di tempat yang sama, bersama orang yang sama, ia dan Femila masih sibuk berbincang tentang banyak hal.

Tiba-tiba saja ponselnya bergetar, menandakan ada panggilan yang masuk, Tama spontan tersenyum saat melihat nama sang penelpon.

"Halo, Nggi."

"Aku udah selesai main, kalau kamu mau jemput, cepetan!"

"Iya, aku agak telat dikit ya."

"Buruan Tama!"

"Iya cantik, lima belas menit!"

Tama pun mematikan panggilannya, "Fem, gue mau jemput Anggi, lo mau pulang sekarang? Kalau iya, biar gue anter sekalian."

"Boleh."

Sesuai dengan perkataannya, Tama pun mengantarkan Femila terlebih dahulu sebelum menjemput Anggi di rumah Melisa.

"Makasih ya, Tam. Maaf kalau ngerepotin," ujar Femila saat motor Tama sudah sampai di depan rumahnya.

"Santai, Fem-"

"Fem, kok baru pulang, Nak? Habis darimana?"

Femila menoleh ke arah sang Ibunda yang tengah berjalan menghampirinya. Ia menyalimi tangan Ibunya diikuti oleh Tama.

"Femil abis main tadi. Oiya Bun, ini Tama, temen kelas Femil."

"Oh ini Tama yang kemarin kamu panggil waktu acara ulang tahun ya? Cakep juga, pantesan-"

"Bun, cuma temen," peringat Femila sebelum sang Ibunda melanjutkan perkataannya.

"Iya iya, Tama mau masuk dulu?"

"Enggak usah tante, aku pamit dulu, ada urusan," pamit Tama.

"Fem, gue balik ya?"

"Iya, makasih ya Tam."

Tama pun segera melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah Melisa, tak butuh waktu yang lama untuk sampai di depan rumah teman pacar-nya itu.

"Anggiii, cowo lo udah dateng!!"

Teriakan itu dapat Tama dengar, dan ia bisa menebak bahwa Fitri adalah orang di balik teriakan itu, memang tidak pernah bisa diam temannya yang satu itu.

Beberapa menit kemudian, Anggi pun keluar dari rumah Melisa dan langsung menghampiri Tama yang sudah menyambutnya dengan senyuman.

"Katanya mau sampai malem, eh jam tujuh udah minta jemput."

"Sampai malem gak boleh, jam segini juga kamu protes, terus aku harus apa? Enggak pulang?" ucap Anggi sewot.

Tama sedikit terkejut dengan respon Anggi, ia pun mencoba untuk menanyakannya apa yang membuat mood gadisnya ini menjadi tidak baik.

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang