Bagian 20 : Kasar

1K 99 127
                                    

B a g i a n 20 : Kasar

Jika kamu benar-benar mencintainya, maka tidak akan ada sedikit pun niat di hatimu untuk kasar dan menyakitinya.

***

"Nanti ikut gue yuk!" ajak Anggi pada teman-temannya.

"Kemana?"

"Di ajak Tama ke tempat ngumpulnya dia sama temen-temennya, gue gak kenal siapa-siapa selain dia sama Kelvin, Aziel, Reza, kalian pada ikut ya?"

"Males."

"Astaga, bisa gak jangan males-males, ayo dong, gue traktir bakso deh besok."

Wajah Fitri dan Melisa langsung berubah sumringan, "Nah, bakso dua ya, Nggi? Okey, kita ikut."

"Giliran di traktir aja, dasar kalian!"

"Selamat siang, anak-anak."

Kembali lagi dengan pelajaran seni, alias pelajaran kesukaan semua murid di kelas ini. Alasannya mudah, pelajaran ini menyenangkan dan tidak perlu pusing memikirkan angka atau rumus-rumus seperti pelajaran lainnya.

"Sebelumnya Ibu mau berterima kasih sama kelas kalian karena sudah menampilkan drama yang keren, sekolah bangga sama potensi-potensi anak muridnya."

"Sama-sama, bu! dengan senang hati!"

"Ada lagi gak bu? Nagih ternyata."

"Mau lagi bu, kapan lagi main peran sama pacar."

Seluruh kelas menoleh ke arah Tama dan Anggi secara bergantian, "Apa liat-liat? Liat gue aja, gak usah liat cewe gue."

"Gue sebagai teman lo, lebih suka liatin cewe lo sih, Tam."

"Kurang ajar, lama-lama gue cabut tuh bola mata, mau?"

"Galak banget anying,"

"Aziel, ucapannya di jaga, sudah-sudah. Hari ini ibu mau minta kalian semua membentuk kelompok, satu kelompok berisi 6 orang, satu kelompok harus beranggota laki-laki dan perempuan."

"Tugas kalian adalah memilih dua lagu untuk di tampilkan minggu depan, saya kasih waktu lima menit untuk mencari kelompok!"

"Bareng!" ujar Melisa, Fitri, dan Anggi bersamaaan.

"Boleh gabung?" tanya Femila.

Mereka saling bertatapan sebentar, seakan-akan membicarakannya lewat mata.

"Boleh."

Sreett

Tama menarik kursinya menuju ke tempat duduk Anggi, "Harus bareng, gak peduli penolakan, dan Anggi gak mungkin nolak gue."

Anggi menatap Tama malas, "Makin kesini, percaya dirinya makin ketinggian."

"Bagus dong!"

"Terserah deh."

"Satu lagi siapa nih?" tanya Femila, mengalihkan pembicaraan.

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang