Bagian 37 : Pupus

794 98 188
                                    

B a g i a n 37 : Pupus.

Kini hanya perihal jarak dan rasa, jika semesta saja belum ingin, kita bisa apa?

***

Dua minggu sudah berlalu dan perang dingin itu masih terjadi, Kelvin dengan sejuta kata-kata manisnya dan Tama yang tidak pernah absen membuatkan Anggi sarapan.

Tak jarang kedua lelaki ini saling bersinggungan atau memperebutkan Anggi dalam hal mengantarnya pulang ke rumah atau menjemputnya ke sekolah.

Bahkan terkadang Anggi memilih untuk berangkat lebih awal agar tidak bertemu dengan kedua lelaki ini.

"Kamu mau konsep pesta kayak gimana, Nggi?" tanya Nafira.

Malam ini Anggi, Lana, dan Nafira sedang berkumpul untuk merencanakan pesta hari ulang tahun Anggi yang akan di laksanakan besok malam.

"Acaranya di halaman depan, konsepnya sederhana aja nggak usah macem-macem, dan dresscode nya warna putih!"

"Okey, semuanya di serahin sama Kak Na aja, sekarang kamu tidur gih, besok masih sekolah," suruh Lana.

"Iya Mah, semangat Kakakku yang paling cantik!"

"Giliran ada maunya aja baru puji-puji gue, emang adek laknat lo!"

"Kak, omongannya di jaga," tegur Lana.

"Bercanda doang, Mah."

"Iya, tapi kalau adiknya tersinggung gimana?"

"Aman kok, Mah!" sahut Anggi ikut membela Nafira.

"Tidur sayang, udah malem!"

"Iyaaa, siap!"

Anggi pun beranjak masuk ke dalam kamarnya, seperti biasa ia menyempatkan untuk memakai beberapa step skincare sebelum tidur.

Setelah rutinitas sebelum tidur sudah ia lakukan semua, barulah Anggi merebahkan dirinya dan bersiap-siap untuk tidur.

Waktu berjalan begitu cepat, Anggi yang sudah tertidur selama dua jam merasa terganggu ketika sebuah ketukan pintu terdengar nyaring di telinganya.

"Siapa sih?" gumamnya kesal, apalagi saat menatap jarum jam yang masih menunjukkan pukul setengah satu malam.

"Gila ganggu orang tidur aja," protesnya tak terima, ia pun beranjak dari tempat tidur lalu
membuka pintu kamarnya.

"Siapa sih, ganggu—"

"Happy Birthday Anggi! Happy Birthday Anggi, happy birthday, happy birthday,"

"Happy Birthday Anggiii!"

Mata Anggi membulat saat menyadari kehadiran Melisa, Fitri, Lana, dan Nafira di depan pintu kamarnya, tak lupa segala macam bentuk flash hp berhasil mengganggu penglihatannya.

"Tiup dulu dong!" seru Fitri alias sang pembawa kue.

Bukannya meniup lilin yang ada di depannya, Anggi justru terdiam, otakknya masih berusaha mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang