O2. Wajah yang Tak Asing

2.2K 322 11
                                    

★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai menata kamar dan membersihkan diri, Sentanu Inir Aradhana turun ke dapur, ingin meminum air putih. Dia mendapati dua kawan barunya yang saling dorong-mendorong.

Oknum yang bersangkutan adalah Sanji Tanaka Agrantara dan Sadewa Egran Bahuwirya.

Sore ini mereka sama-sama ingin memasak mie instan. Tapi namanya juga anak-anak, bukannya ngambil panci terus diisi air, mereka malah dorong-dorongan dulu. Berujung tubuh Sanji terdorong keras, hampir jatuh jika tidak ditarik Dhana.

Kalau tadi Sanji adalah perempuan, mungkin sudah ada adegan tatap-tatapan layaknya sinetron.

"Rusuh banget. Kalian ngapain begitu?" tanya Dhana.

"Tuh member Pandawa dorong-dorong gue," Sanji melotot melihat Dewa yang sudah memasak air, "ah, curang lo Wa!" protesnya.

Dewa justru menggoyang-goyangkan badan sambil membuka bumbu mie instan. Berekspresi meledek.

"Nasib anak baik begini amat. Padahal gue yang sampe sini duluan."

"Anak baik harusnya ngalah dong?" balas Dewa.

"Ngalah sama lo? Gak dulu." Tentu seraya menggerakan tangan ke kanan dan ke kiri.

Dhana yang melihat adegan tersebut menggeleng-gelengkan kepala. Belum ada sehari tinggal bersama, kok sudah begini?

"Kompornya dua tungku, nggak usah rebutan," ucap Dhana.

Sanji tercengir, sedangkan Dewa puas tertawa.

"Mas-mas pada ngapain tuh?" suara dari Lilyanne Bhanuresmi membuat tiga pemuda tadi menoleh ke area dapur Pratiwi.

Ternyata sejak tadi ada Kenanga Janettra Sadawira yang duduk di meja makan sambil memakan ayam geprek. Prinsipnya, kalau lagi makan ya makan aja. Jadi, dia tidak peduli akan keributan di tetangga sebelah.

"Lagi mancing," balas Sanji asal.

Lily memicingkan mata, "itu namanya masak, bukan mancing. Segede ini kok nggak bisa bedain?"

"Lah, udah tau kok nanya."

"Ya basa basi kali, Jik." Lily mendadak ingin menjambak rambut pemuda berwajah mirip tupai itu. Tapi daripada membuang tenaga, dia memilih duduk di samping Jane.

"Eh eh. Mbak yang di sana namanya siapa?" tanya Dewa setengah berteriak, takut yang disana tidak dengar. Padahal jaraknya hanya tiga meteran.

Rasanya Dewa belum pernah bertemu. Tadi pagi gadis itu juga tidak ada di ruang tengah.

"Oh iya belum pada kenalan sama gue ya? Gue Janettra, biasa dipanggil Jane," ucap Jane disertai senyuman.

"Gue Sadewa, Dewa aja."

PRATALA & PRATIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang