31. Pertemuan pada Pukul Satu

807 180 23
                                    

★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak kos memang terbiasa mandiri. Tapi namanya manusia, tidak sempurna, pasti punya beberapa hal yang tidak bisa ia lakukan. Seperti walaupun bisa melakukan banyak hal di dapur, tapi Andhya tidak bisa memasang galon di dispenser.

Bukan tidak mau mencoba untuk bisa. Dulu sempat mencoba beberapa kali, seperti sekarang ini. Tapi yang terjadi justru...

BRAKK

Mata Andhya melotot ketika galon yang diangkat kini terjatuh. Akibatnya lantai dapur Pratiwi menjadi basah.

"Aduh. Bisa malu gue kalau Bu As lihat ini di CCTV," gerutu Andhya sembari mendirikan galon. Setelah itu dia melirik CCTV yang berada di sudut ruang tengah.

"Makanya, kalau gak bisa itu minta bantuan," timpal Geran yang rebahan di sofa ruang tengah sendirian.

Andhya meringis. Geran hanya bisa berkomentar saja, tidak membantunya. Padahal di lantai satu hanya ada mereka berdua karena ini sudah pukul satu.

"Minta bantuan lo, emangnya lo mau bantuin?" tanya Andhya.

Masih dalam keadaan diam, Geran merubah posisi jadi duduk. Dia masih mengumpulkan kesadaran walaupun sudah bangun sepuluh menit yang lalu. Ngomong-ngomong, dia tertidur di sofa karena keasikan mendengar penghuni Pratala mengobrol. 

Badan Geran ditegakkan lalu menjawab, "tergantung. Lo mintanya baik-baik apa ngajak ribut."

"Ya udah. Sini pasangin galon, biar gue yang ngepel lantai!" seru Andhya seraya melangkah menuju bawah tangga untuk mengambil alat pel.

"Lo minta tolongnya ngajak ribut," ujar Geran. Kepalanya ditolehkan untuk melihat Andhya. Sebenarnya mau-mau saja membantu perempuan itu. Tapi jika langsung diiyakan, nanti durasi waktu mengobrol---bertengkar---jadi sedikit.

Alah, Geran kayak anak SMP mau PDKT saja.

Andhya menggelengkan kepala. Dia berancang-ancang melempar alat pel ke wajah Geran karena ekspresi mengantuk pemuda itu tampak menyebalkan bagi dirinya. Tapi diurungkan saat pandangannya menangkap Satya turun dari tangga.

"Satya! Boleh tolong bantuin gue masang galon di dispenser?" pinta Andhya.

Geran jadi memutar bola mata karena mendengar permintaan Andhya yang terdengar lebih baik daripada saat meminta ke dirinya. "Pilih kasih, jancuk!" gumamnya.

Sementara Satya mengangguk sembari berjalan menuju Andhya. Sebelum sampai di dapur Pratiwi, ia melewati Geran dan berkata, "bangun juga lo. Kirain udah capek hidup."

"Sego isih enak. Lo kenapa gak bangunin gue?" balas Geran.

Satya tersenyum memperlihatkan giginya. Ingat betul bagaimana susahnya Arjan membangun Geran, bahkan Tian sempat menarik-narik kaki Geran tapi pemuda itu sama sekali tidak terganggu. Hampir diseret Hegar tapi langsung diamuk Jaguar. Berakhir mereka meninggalkan Geran di ruang tengah.

PRATALA & PRATIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang