Sebelum kalian baca chapter ini. Coba tebak siapa yang mau dinner!
Bina memicingkan mata, melihat Sasi yang berdiri di samping televisi. Telinga sebelah kiri Sasi ditempelkan ke dinding. Terlihat serius seperti orang menguping. Bina jadi berjalan mendekati ruang tamu Pratiwi, ingin mengintip siapa yang sedang berada di sana.
Ternyata di ruang tamu Pratiwi ada salah satu penghuni Kos Pratawi dan seorang pemuda yang wajahnya tidak asing bagi Bina.
"Ayo ke atas," bisik Bina, menarik lengan Sasi.
Sasi menggelengkan kepala. "Lo nggak kepo?" tanyanya.
"Nanti bisa minta Lily siaran ulang." Menurut Bina, tidak baik menguping pembicaraan orang lain. Tidak sopan.
Lagi, Sasi menggelengkan kepala. "Enakan nonton siaran langsungnya."
"Sana cosplay jadi cicak, nempel di dinding!" kesal Bina. Dia kembali menarik lengan Sasi. Untungnya Sasi tidak memberontak, pasrah ditarik Bina. Dia hanya berkata, "Cantik gini masa cosplay jadi cicak."
Sementara itu, di ruang tamu Pratiwi, Lily bisa menghembusnya napas. Lega mendengar Bina membawa Sasi pergi. Iya, sebetulnya dia tahu bahwa sejak kedatangan Mirza, Sasi berada di ruang tengah.
Kini Lily menatap kakak tingkatnya dengan lamat. Di hadapannya ada dua plastik berisi box, dipastikan berisi makanan. Dan itu tidak penting. Yang terpenting, untuk apa Mirza datang ke kosan tanpa menghubunginya terlebih dahulu. Apa karena kejadian siang tadi?
"Kakak minta maaf." Mirza menjeda kalimatnya. Pemuda yang mengenakan kemeja warna abu-abu itu tersenyum. "Kakak udah ngejelasin semuanya ke Anjani tentang hubungan kita. Kakak ini cuma kakaknya Lily, dan Lily adiknya Kakak. Dia salah paham, tapi Kakak nggak membenarkan tindakan dia."
Lily memalingkan wajah. Menatap apapun yang penting tidak menatap kakaknya. Tangannya masih terasa ngilu dan kepalanya terasa pusing. Dua hal itu menyakitkan, tapi rasanya lebih menyakitkan hatinya yang terasa seperti diremas-remas saat mendengar penjelasan Mirza tentang dirinya yang hanya dianggap sebagai adik.
"Sekali lagi Kakak minta maaf. Mewakili Anjani sama temen-temennya. Kalau dia sama kamu udah tenang. Kita bertiga ketemu..."
"Lily udah maafin Kak Anjani maupun temen-temennya. Nggak perlu ketemu bertiga," potong Lily.
"Tapi, Li..."
Lily segera berdiri. Dia tidak mau mendengarkan hal-hal yang nantinya membuat dia merasa kecewa. Memang tidak baik, tidak seharusnya seperti itu. Mau sepahit apapun kenyataan, lebih baik diketahui. Namun, Lily tidak peduli akan hal itu.
"Kakak mau minum apa?" tanya Lily membuat Mirza menghentikan ucapannya.
"Air putih dingin."
"Tunggu sebentar ya." Setelah berkata seperti itu, Lily pergi menuju dapur Pratiwi. Selama mengambil minum, dirinya berperang dengan pikirannya sendiri. Memikirkan hal apa yang seharusnya dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRATALA & PRATIWI
Fanfictionft. 00 line ㅤㅤ11 pemuda dan 11 pemudi yang merangkai kisah di Kost Pratala - Pratiwi. Bukan sekedar teman berbagi yang tinggal satu atap, tapi mereka adalah keluarga. ©septianura, 2O21