★
Bina tersedak air putih ketika Lily menanyakan dimana mereka membeli blazer seperti milik pacar Jaguar. Hal itu malah mengundang tawa Tian yang kini berpindah tempat duduk menjadi di sofa.
"Lupa, Lik. Lagian kita mana ngeh masuk tokonya yang mana," jawab Bina setelah rasa sakit dari tersedak air putih menghilang.
"Yahh..." Sasi terlihat kecewa, padahal dia menanti-nanti jawaban Bina. Diliriknya blazer punya pacar Jaguar yang masih berada di meja.
Jaguar sendiri melihat Bina yang mencoba tidak peduli dengan blazer. Agak lega. Jadinya dia mengambil blazer, kacamata, serta topi dan segera naik ke lantai dua. Tidak lupa pamit kepada kawan-kawannya yang ada di ruang tengah.
"Kalau mau nyari, boleh banget ajak gue," ucap Lily agar Sasi tidak terlalu kecewa.
"Gue juga mauuu ikut!" seru Bina.
Sasi diam sebentar untuk berpikir. Sangat sayang jika uang bulanannya berkurang karena dipakai untuk membeli blazer, lebih baik dipakai untuk membeli makanan. Memakai uang tabungan juga sayang, pokoknya dia sayang.
"Mau banget, tapi nggak dalam waktu dekat deh. Bokek gue," jawab Sasi.
"Gue mau lihat blazer punya kalian berdua dong! Tadi mau lihat yang punya pacar Jaguar tapi gue nggak enak," imbuh Sasi.
Bina jadi berdiri, pamit ke kamar saja mengikuti yang lain. Dia juga akan beralasan seperti ini, "kayaknya punya gue belum kering, lihat punya Lily dulu ya, Si."
Sasi mengangguk saat Lily juga mengangguk. Dia menjawab, "siap! Punya Lily aja cukup kok."
Bina menghela napas, lega. Tapi dia harus berbohong, lagi dan lagi. Lama kelamaan dia bisa menumpuk kebohongan jika ada hal-hal seperti ini lagi. Dan ya, inilah dampak dari backstreet; menjadi sering berbohong.
★
"Boleh, tapi agak beresiko. Cari cara lain dulu," ucap Tian sambil tangannya mengelus-elus punggung sofa. Sudahlah terserah dia saja.
Sementara itu, Chana benar-benar muak mendengar suara berat Tian yang sedang mengobrol lewat telepon dengan Tiara. Duo T itu benar-benar mengacaukan acaranya menonton televisinya. Akhirnya dia mengambil remot televisi untuk mengeraskan suara.
"Udah malem, kecilin suara TV-nya, Chan!" tegur Dhana yang malah membuat Chana membanting remot televisi dan pergi naik ke kamar.
Dhana tidak peduli, dia melanjutkan kegiatannya yang tertunda, yaitu mengerjakan tugas. Tidak merasa terganggu sama sekali dengan suara Tian dan televisi.
"Sangu kopi ora yo?" tanya Sanji, mondar-mandir membawa kupluk kepunyaan Satya.
Jadwal ronda sudah diberikan Pak Wiro selaku ketua RT 7 kepada Satya kemarin sore. Beliau dan Pak Haji—masih ingat Pak Haji? Kalau lupa, beliau adalah suami Bu As—menyarankan agar anak Kos mengikuti ronda malam dalam satu minggu sekali. Lagipula banyak warga yang berpartisipasi, jadi tidak kekurangan orang. Penghuni kos yang laki-laki direkrut karena merasa mereka perlu tahu bagaimana rasanya melakukan ronda malam dan mengetahui sistem keamanan keluharan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRATALA & PRATIWI
Hayran Kurguft. 00 line ㅤㅤ11 pemuda dan 11 pemudi yang merangkai kisah di Kost Pratala - Pratiwi. Bukan sekedar teman berbagi yang tinggal satu atap, tapi mereka adalah keluarga. ©septianura, 2O21