16. Suasana Hati

1K 217 22
                                    

★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang kalah main homimpa Tian, yang apes justru Chana. Gadis itu menuruni tangga dengan malas sambil memakai jaket. Ekspresi wajahnya juga tidak bersahabat.

Begitu Chana sampai di ruang tengah, Shahla langsung mencolek dagunya. "Ututuu... yang ikhlas dong nemenin sahabatnya."

"Gimana gue bisa ikhlas? Mereka mintanya aneh-aneh, lo juga. Telur gulung, ayam goreng, nasi goreng, kwetiau, cilok, sama apalagi tadi??" Chana mencari-cari keberadaan Hegar, "BELIMBING APA TADI, GAR?"

"Belimbing wuluh. Buat rujakan," jawab Hegar yang berada di dapur Pratala.

"GAK NGOTAK BANGET, MANA UDAH JAM EMPAT SORE." Teriak Chana, frustasi sendiri. Hanya karena homimpa mengapa hidupnya jadi akan terasa berat?

Sejam yang lalu, Geran ngide untuk bermain homimpa. Hanya anak Pratala saja. Yang kalah wajib membelikan makan malam atau memasakkan makan malam untuk penghuni Kost Pratala & Pratiwi. Tapi uang tetap dari masing-masing.

Tian, orang yang kalah main homimpa kini berjalan santai, memainkan kunci mobil milik Arjan yang dipinjam paksa. Yang punya mobil sedang berada di atap rumah, telponan entah dengan siapa. Pastinya manusia.

Chana meringis, "kita jadi do-food dadakan loh, Ian. Kok lo asik banget kayak mau dangdutan."

Seharusnya Chana sudah tidak heran lagi dengan tingkah Tian. Pemuda itu menyukai yang namanya jalan-jalan, hangout, keliling kota sampai harus dorong motor karena kehabisan bensin.

"Yang sabar, yang ikhlas. Jangan lupa nasi goreng punya gue yang pedes ya, anak baik," ucap Shahla. Setelah itu segera kabur ke dapur.

Tian tertawa, mendekat ke arah sahabatnya. "Pake mobil nih, nggak akan kepanasan..."

"Ya iyalah, udah sore," sahut Sasi yang berada di sofa ruang tengah.

"Sudah sudah. Silahkan Mas Tian dan Mbak Chana segera mencari makan malam. Hati-hati," ucap Neena, mempersilahkan kedua kawannya untuk keluar rumah.

Chana menghentakkan kakinya, "gue tilep kembaliannya. Awas aja lo semua!"

"Jangan bertingkah, Chan! Duit gue tinggal selembar itu loh." Protes Sanji ketika mendengar uangnya akan ditilep. Uangnya tersisa lima puluh ribu untuk bulan ini, jatah makan sampai tanggal 30 nanti. Dan hari ini tanggal 27.

"Alah, lo biasa nebeng lauk sama Satya Dewa kan?" celetuk Geran yang duduk di lantai sambil menggambar.

"Ge, jangan buka kartu."

Geran mengedikkan bahu, lanjut menggambar. Tapi beberapa detik kemudian teringat sesuatu.

"Bul, bule. Titip tteokbokki keju satu, ada di depan Alfamei deket sini kok."

PRATALA & PRATIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang