12. Ibu Tiri dan Bawangnya

1.2K 235 9
                                    

★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sasi tukang ojeknya ganteng-ganteng ya," ujar Katrina ketika melihat Sasi turun dari motor vixion.

Sasi mendelik ke arah Katrina, "eh anak orang ini, main cap tukang ojek aja!"

Segera dia menutup pintu pagar, melambaikan tangan ke pemuda yang baru saja mengantarnya pulang.

Katrina tercengir, "lo dijemput sama siapa, pulang sama siapa."

"Biasalah, cewek cantik. Diem deket parkiran langsung ada yang nawarin tumpangan," jawab Sasi dengan percaya diri, nggak lupa dia mengibaskan rambut panjangnya.

"Ew," Katrina melepas sepatunya, "makan nih cantik!" lalu mengarahkan sepatu tersebut ke wajah Sasi.

"BUSET, GAK DICUCI APA TUH SEPATU!"

"Macam mana boleh jadi?! Ini kasut dibasuh seminggu sekali tau!"

"TOLONGIN DONG!" teriak Bina dari depan pagar. Sasi jadi menghela napas dengan kasar, kemarin-kemarin Arjan yang minta tolong di depan pagar, sekarang giliran Bina.

Katrina dan Sasi tanpa alas kaki langsung menuju pintu pagar.

"Lo kenapa?" tanya Sasi seraya membuka lebar pintu pagar agar mobil Bina bisa masuk.

"Bantuin Cahya ke kamarnya, dia demam," jawab Bina, lalu masuk kembali ke dalam mobil dan memarkirkannya di halaman.

Setelah mobil terpakir. Katrina segera membuka pintu mobil bagian penumpang, memapah Cahya yang nampak lemas dengan wajah pucat.

"Aduh, kok bisa sakit sih?"" tanya Katrina panik, "untung ketemu lo, Bin."

Bina melirik Katrina sekilas, "emang janjian pulang bareng, gue jemput dia di depan atm."

"Haduh, ini anak semalem nggak pulang, pulang-pulang malah sakit," kata Sasi.

Agak kesulitan memapah Cahya sampai ke lantai dua, tapi Sasi dan Bina berhasil. Kalau ditambah Katrina, nanti malah ribet. Yakali bertiga?

Kini Cahya sudah berbaring, memejamkan mata dengan tubuh tertutupi selimut.

"Udah ke dokter?" tanya Katrina ke Bina, kalau ke Cahya dipastikan gadis itu akan enggan menjawab. Kalau sakit jadi males ngomong.

Bina menggeleng lalu menunduk, "nggak kepikiran. Tadi gue langsung gas aja buat pulang."

Senyum Katrina justru mengembang, menepuk-nepuk punggung Bina, "nggak usah sedih, Bin. Sasi lagi nyariin apotek berjalan."

Tak lama pintu kamar Cahya dibuka dari luar menampilkan Sasi dan si apotek berjalan, Naran.

"Udah dibilangin kalau capek itu istirahat. Jangan nyiksa diri. Olshop itu emang penting, tapi kesehatan lo jauh lebih penting." Omel Sasi sembari menempelkan bye bye fever milik Naran di dahi Cahya.

PRATALA & PRATIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang