1O. Mangsa

1.1K 244 4
                                    

★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu sampai di anak tangga terakhir, Dewa langsung disambut keadaan ruang tengah yang seperti kapal pecah. Kulit kacang, bungkus jajan, dan kaleng minuman berserakan. Televisi juga masih menyala, menampilkan iklan. Dia menebak bahwa semalam Arjan, Satya, Nanta, Hegar, Jaguar, Tian, Sanji, dan Yoshua begadang di sana.

Dewa mendekat ke Sanji yang tidur di sofa dengan posisi duduk, "MALING MALING WOI MALING!"

Sambil memukul kaki atau lengan mereka satu persatu, Dewa berteriak di dekat telinga mereka.

Sanji pertama bangun, gelagapan sendiri disusul Yoshua kemudian yang lain. Tian sudah berpose layaknya ingin perang, "MANA MALINGNYA?"

Dewa pikir ini cukup efektif, tapi nyatanya enggak karena Hegar malah menjawab, "ya tinggal lo tangkep aja sih."

"ANAK NGEN—"

"Brisik banget, masih subuh." Geran penyelamat dari umpatan Dewa. Dia menguap, kembali duduk dan memejamkan mata.

Sementara yang lain membubarkan diri, membuat Dewa ingin memakan mereka hidup-hidup.

"Berani berulah, berani bertanggungjawab. Beresin nih!"

Yoshua mengandeng Dewa, diajak berjalan menuju lantai atas sambil berbicara, "lanjut tidur dulu. Nanti juga ada CS kesini."

Dewa melepas tangan Yoshua di lengannya, "keburu ada anak cewek turun, kalian mau kena semprot?"

"Lah iyo, bisa diguyur air panas nih kita sama si Andhya." Sanji kemudian bergidik. Dia mengacak rambutnya lalu putar balik, kembali ke ruang tengah. Padahal sudah sampai di tangga.

"Ya oke, ayo rek diresiki. Aku bagian nyimak." Yoshua dengan malas kembali ke ruang tengah.

"Nyimak nyimak, dipikir ini grup whatsapp?" sewot Hegar yang langsung dibalas senyuman lebar dari Yoshua, "sepurane mas, tapi kalau bisa nyimak kenapa enggak?"

"Lagian males banget nimbrung tapi dikacangin, yang dibales cuma temen deketnya. Giliran gak nimbrung, di sindir-sindir, digibahin," ucap Sanji sekalian curhat tipis-tipis. Teringat dulu sewaktu SMP, suka diabaikan ketika nimbrung di grup.

"Jadi sider udah kayak jadi penjahat aja." Tambah Jaguar, dia kembali duduk di sofa.

Hegar sebagai orang yang suka memulai obrolan di grup whatsapp jadi menggelengkan kepala, "gue suka yang ngawalin nih. Emang nggak enak sob kalo nggak ada yang jawab. Berasa nggak dihargai, apalagi kalau pesannya isi informasi penting."

"Kalau gue ngejawab lo, tapi lo kacangin, juga berasa nggak dihargai."

"Jawabannya nggak penting. Gimana mau dibales?"

PRATALA & PRATIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang