Jaguar memperhatikan beberapa buku di meja ruang tengah yang ditumpuk. Lalu dia memperhatikan keadaan sekitar, mencari orang lain yang mungkin sudah berada di lantai satu.
"Jag!" sapa Dhana, muncul dari ruang tamu. Pemuda itu menggunakan atasan kaos berwarna hitam dan bawahan berupa sarung kotak-kotak berwarna biru tua.
Kalau Jaguar dan Dhana hanya berdua seperti ini, suasana menjadi canggung. Bukan karena tidak bisa membangun percakapan, tapi karena belum terbiasa mengobrol berdua. Biasanya pasti ada salah satu atau beberapa penghuni kos bersama mereka.
"Dari mushola, Dhan?" tanya Jaguar, basa-basi.
Dhana menangguk sambil tersenyum tipis. "Banyak yang salat jamaah di sana?" tanya Jaguar lagi.
"Sedikit." Setelah itu Dhana duduk di sofa ruang tengah. Memang ketika salat subuh, orang-orang yang datang ke mushola hanya sedikit jika hari-hari biasa seperti ini.
Mendengar jawaban Dhana, Jaguar jadi meringis. Selain salat jumat, dia tidak pernah mengikuti salat jamaah di mushola ataupun masjid. Padahal ketika masih kecil, dirinya sering sekali mengikuti salat jamaah. "Kabar-kabar ke gue kalau mau ke mushola, Dhan," pintanya.
"Iya. Tapi yang bener itu, kalau ada adzan, langsung ke mushola." Dhana semakin melebarkan senyumnya. "Gue juga jarang ke mushola atau masjid, Jag," imbuhnya.
"Mau di mushola, masjid, rumah, atau dimanapun. Yang penting itu salat lima waktunya harus dilaksanakan."
Jaguar mengangguk. Walaupun terkadang lupa tidak melaksanakan salah satu kewajibannya, dia setuju dengan ucapan Dhana. Mau di mushola, masjid, atau rumah, kewajibannya sebagai umat muslim harus dilaksanakan.
"Kayaknya Mama gue suka sama orang modelan Dhana, deh." Tiba-tiba saja, Sasi sudah berdiri di anak tangga terakhir.
Di belakang Sasi, ada Jane yang masih terlihat mengantuk. "Loh, lo nyariin jodoh buat Mama lo?" tanyanya.
Sasi diam sebentar, berpikir, sebelum menjawab, "NGGAK LAH!"
"Kayaknya Mama gue suka kalau gue nikah sama orang modelan Dhana. Gitu yang bener," kata Sasi. Lalu dia melangkah untuk menuju ruang tengah dan mengambil remot televisi.
Jane menyusul langkah Sasi. "Kayaknya para Mama mau punya mantu kayak Dhana sama Jaguar," guraunya. Namun, sepertinya memang benar jika para Mama akan menyukai menantu seperti dua kawannya itu. Dhana sopan santunnya oke sekali, tidak neko-neko, rajin, rajin ibadah, bisa memasak walaupun tipis-tipis, dan calon dokter. Kalau Jaguar, kurang lebih sama seperti Dhana, dan dengar-dengar dirinya anak tunggal dari keluarga kaya raya.
"Sayang banget Jaguarnya udah sold out," imbuh Jane diakhiri tawa. Orang yang sedang dibicarakan hanya geleng-geleng kepala.
"Dhana kan belum sold out. Pepet aja, Jane!" seru Sasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRATALA & PRATIWI
Fanfictionft. 00 line ㅤㅤ11 pemuda dan 11 pemudi yang merangkai kisah di Kost Pratala - Pratiwi. Bukan sekedar teman berbagi yang tinggal satu atap, tapi mereka adalah keluarga. ©septianura, 2O21