11. Pertikaian

1.1K 250 8
                                    

★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tidak heran jika menjumpai hubungan antar kakak dan adik yang tidak akur. Penyebabnya banyak, lebih sering karena keadilan yang didapat dari orangtua itu berbeda. Kadang masalah sepele juga bisa dibuat bahan bertengkar.

Jadi, Chana yang duduk di teras sambil menunggu Tian pun hanya diam-pura-pura tidak melihat-ketika ada percecokan antar saudara kembar. Saudara kembarnya siapa lagi kalau bukan Satya dan Jane.

"Lo yang nelpon sendiri kan bisa, kenapa nyuruh-nyuruh gue?" tanya Satya, kesal.

Jane duduk di ujung lantai teras, "gue cuma minta tolong buat lo nelpon Papa. Apa susahnya? Tinggal pencat-pencet."

"Kalo tinggal pencat-pencet, ya sono lo aja yang nelpon," jawab Satya sambil melepas satu persatu sepatunya. Mereka baru saja pulang dari kampus.

"Gue maunya lo yang nelpon. Gih sana!" Jane masih berusaha membuat saudara kembarnya menelpon sang Papa. Dia ingin sesekali Satya yang menelpon beliau. Itung-itung memperbaiki hubungan antara bapak dengan anak.

"Gue gak mau," jawab Satya ringan, "lo kalau gak punya pulsa atau kuota, bilang aja," lanjutnya.

Selama berbicara dengan Jane, Satya sama sekali tidak menaikkan nada bicaranyanya. Justru Jane yang kepancing, sejak tadi menggunakan nada bicara tinggi.

"Mau lo isiin pulsa sama kuota?" tanya Jane.

Satya tersenyum lebar, "mau gue ledekin."

"A-en-je-i-ng! Kenapa jadi bawa-bawa pulsa sama kuota? Udah sih, gue minta lo nelpon ya nelpon aja!"

"Gue. Gak. Mau."

"Satya, sekali aja. Handphone gue mati-"

Buru-buru Satya mengambil handphone milik Jane dari saku jaket Jane. Menekan tombol power membuat layarnya memperlihatkan lock screen bergambar jadwal kuliah.

"Dih, ngibul. Buat apa, Net?" tanya Satya, masih memegangi handphone Jane dengan erat. Takut meletus-takut pemiliknya ngambil.

Jane memicingkan mata, menatap Satya tidak suka. "Buat apa? Ya biar lo nelpon Papa lah. Nanyain kabar atau ngobrolin apa gitu?"

"Mas Satya." Ini panggilan yang biasanya bisa membuat Satya luluh, "sekali aja nelpon Papa. Lo yang nelpon, jangan gue terus."

Chana mengusap-usap lengannya, bingung. "Gue perlu masuk atau disini nontonin mereka?" tanyanya pelan dengan diri sendiri.

"Masuk lah." Suara Tian juga pelan, dia berada di belakang jendela.

"Kayak ada suara om-om. Apa gue salah denger?" Chana menolah-nolehkan kepala membuat Tian keluar dari persembunyiannya dan menarik Chana masuk.

Meninggalkan pertikaian antar saudara kembar, kini giliran sepasang sahabat yang akan bertengkar.

PRATALA & PRATIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang