★
Masih pagi, tapi Nanta sudah disuguhi suara menggelikan dari Arjan. Dia jadi menyesal karena setelah bangun tidur bukannya mandi, justru main ke atap rumah untuk mengambil jemuran.
"Belum bisa pulang kalau minggu ini, sayang. Aku pasti kabarin kamu kalau pulang ke Bandung." Setelah mengucapkan itu, Arjan melirik Nanta yang sibuk memilih baju kering.
"Iya. Aku baru selesai mandi..."
"Bohong! Masih bau iler pacarmu, Teh!" sahut Nanta tanpa peduli selanjutnya dipelototi Arjan.
"Suara siapa? Nanta ya?" Mendengar pertanyaan dari seberang, Nanta bergegas mendekati Arjan lalu berkata, "leres, Teh. Kumaha damang?"
"Alhamdulillah, damang. Nanta gimana, sehat juga kan?"
"Gak. Agak gila seperti biasa," jawab Arjan mewakili Nanta.
Hampir saja Nanta mengeluarkan sumpah serapah, tapi Arjan lebih dulu berlari menuruni tangga. "Hadeh, dibela-belain pagi siang sore malem telponan ngalahin jadwal dia mandi. Ujung-ujungnya juga pegatann lagi."
Sebenarnya Nanta itu salah satu dari sekian orang yang tidak merestui hubungan Arjan dengan pacarnya. Bukan karena perbedaan usia dimana Arjan lebih muda dua tahun, tapi karena hubungan mereka yang sering putus.
"Siapa yang pegatan?" Nanta terlonjak mendengar suara seorang perempuan.
"Kok kaget??" tanya Lily. Membawa seember cucian bersih, dia melangkah mendekat ke tempat jemuran baju. Wajahnya tampak lebih bersinar karena baru selesai mandi dan terpapar sinar matahari pagi.
Nanta menggeleng-gelengkan kepala sembari berdecak kagum. "Ternyata begini rasanya ketemu bidadari," ucapnya.
"Hah?" Lily menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri. "Lo bisa lihat bidadari, Nan? Mana?" tanyanya antusias.
"Bener, dibalik kelebihan ada kekurangan. Yang cantik bisa lemot," ucap Nanta yang justru semakin membuat Lily kebingungan. "Lo kok nggak nyambung diajak ngobrol," gerutu Lily.
"Kok gue??"
"Iya! Gue nanya apa, lo jawabnya apa."
Nanta menepuk jidat. Dalam otaknya sudah tersusun berbagai macam gombalan untuk Lily setelah mengatakan bahwa perempuan tersebut seperti bidadari. Tapi ketika mendengar tanggapan Lily, semuanya buyar.
Memang Lily tidak beringas seperti penghuni Kos Pratiwi yang lain, tapi mengapa harus lemot?
"Gue jawabnya udah bener, Lily," balas Nanta.
Lily meletakkan ember di dekat kakinya. Kemudian menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri lagi. "Jadi, dimana lo ngelihat bidadari?" tanyanya.
Tanpa pikir panjang, Nanta menunjuk bayangan Lily dan berkata, "itu bayangan bidadari."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRATALA & PRATIWI
Fanfictionft. 00 line ㅤㅤ11 pemuda dan 11 pemudi yang merangkai kisah di Kost Pratala - Pratiwi. Bukan sekedar teman berbagi yang tinggal satu atap, tapi mereka adalah keluarga. ©septianura, 2O21