35. Love Triangle

1K 176 14
                                    

★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kedip!" Hegar menepuk tangan di depan wajah Shahla, "mata lo copot, ngegelinding, siapa yang mau ngambilin?" tanyanya.

Shahla jadi berkedip kemudian mendorong Hegar hingga pemuda itu tersungkur. Hegar menganggu aktivitasnya mengamati Geran, menyebalkan sekali.

"Kurang ajar lo, Sha!"

"Geran itu menarik ya, Sha?" tanya Cahya dengan frontal membuat Shahla gelagapan. Sementara Hegar sudah tersenyum meledek sambil mencolak-colek lengan Shahla.

"Oh, Geran ya Sha? Iya Geran?" Hegar menaik-turunkan kedua alisnya.

"Ish!" Shahla kembali memukul lengan Hegar, "mata diciptakan untuk melihat. Masa gue ngelihat dia aja lo berdua gituin?!" kesalnya.

"Gituin gimana sih Mbak Shahla?" pancing Hegar.

"Tau ah!" Pada akhirnya Shahla mematikan televisi dan pergi keluar rumah. Cahya jadi merasa bersalah, dia mengikuti langkah kawannya itu menuju luar.

Sedangkan Hegar terbahak, memukul-mukul punggung sofa dengan buku yang dikirim Mbak gebetan. "LAKU JUGA LO GE!" serunya.

Geran yang sedang membuat teh hangat menolehkan kepala tanpa minat ke Hegar. "Ngapain lo teriak-teriak, kayak monyet."

"Monyet nggak salah apa-apa disamain sama gue yang ganteng ini," balas Hegar. Lalu dia menyisir rambutnya ke belakang. Sok ganteng, tapi memang ganteng.

"Stop nyocot, daripada kon tak siram banyu panas iki!" balas Geran.

(Stop bicara, daripada kamu ku siram air panas ini!)

Walaupun tidak terlihat terlalu jelas, Hegar bisa membayangkan ekspresi kesal pada wajah Geran. Dia jadi cekikikan sendiri, "itu orang apa ikan, gampang kepancing."

Geran sudah ancang-ancang mengangkat air panas. Tapi ancang-ancang saja. Pada akhirnya dia duduk dan menikmati teh hangat.

"Kok udahan sih sahut-sahutannya," sindir Andhya dari dapur Pratiwi.

"Males ngeladenin Mas-mas cupu, Mbak." Setelah menimpali sindiran Andhya, Hegar melangkah menuju dapur Pratala. Mencari teman untuk bertengkar.

Geran memutar bola mata. Kalau tidak Nanta dan Yoshua, pasti Hegar yang mengajaknya adu bacot seperti ini. "Lo kayaknya lagi bikin sambel ya, Dhya?" tanyanya ke Andhya diseberang.

"Iya nih," jawab Andhya.

"Tolong sekalian diulek dong terasi di samping gue ini." Geran menunjuk Hegar yang duduk di sampingnya dengan mengarahkan tatapan ke sana.

Strategi Katrina untuk meningkatkan kebugaran jasmani penghuni kos dengan cara senam atau jogging di hari minggu sudah benar. Yang salah adalah penghuninya. Bukannya fokus pemanasan, kebanyakan dari mereka justru mengerubungi pedagang somay dan bubur kacang hijau yang berhenti di depan pagar.

"Isi perut dulu, Trin, biar semangat senamnya," kata Sanji ketika melihat raut masam di wajah Katrina.

Katrina berdehem saja. Kemudian dia menerima semangkuk bubur kacang hijau dari Naran.

"Lo nggak makan?" tanya Katrina ke Naran karena kawannya itu hanya membawa semangkuk bubur.

"Ini gue bawain," sahut Arjan yang membawa dua mangkuk bubur kacang hijau.

Melihat itu, Neena yang semula rebahan di teras jadi mengangkat tangan dan digoyangkan. "GUE PENGEN JADI CANTIK BIAR PUNYA BABU KAYAK NARAN!"

"Ngaca, Mbak!" Naran memposisikan smartphone milik Katrina di depan wajah Neena.

"Heran deh. Banyak orang cantik bisa-bisanya bilang dirinya gak cantik," kata Shahla.

"Standar cantik orang kan beda-beda," balas Katrina.

"TAPI BIKIN YANG KURANG CANTIK JADI INSECURE," celetuk Chana, masih berada di belakang pedagang somay.

"Insecure digedein. Noh, IPK gedein!" Hegar jadi menyahut. Dirinya berlari dari dalam rumah menuju pedagang somay.

Aksi Hegar hampir membuat tangan Neena terinjak. "MATA DIPAKE!"

"GUE LARI PAKE KAKI!"

Yang lain hanya geleng-geleng kepala. Penghuni kos mau laki-laki atau perempuan, sama-sama suka berteriak, memancing emosi, dan terpancing emosi. Mungkin bawaan dari lelah, letih, lesu, dan kalau tidak berteriak rasanya kurang mantap.

Meninggalkan para jomblowan dan jomblowati yang sedang sarapan bubur kacang hijau dan somay. Kini ada sepasang kekasih yang mojok di teras.

"Kayaknya ketuker, Na. Ini gak pedes," ucap Jaguar sembari mengangkat piring berisi somay.

"Coba sini, aku makan," jawab Bina membuat Jaguar menyuapkan sebuah somay kepada Mbak pacar.

Yoshua baru datang dari dalam rumah bersama Geran jadi berdecak. Dia bertanya, "woi! Gak ada yang mau nyuapin gue nih?"

"Gaya lo suap suap. Kayak orang penting aja," jawab Geran. Memang dari awal bertemu, sepertinya Geran ini suka yang ngegas-ngegas dan ya begitulah. Jadi, Yoshua hanya mengiyakan saja.

"Bayiku. Sini-sini Bapak suapin sambel, biar bisa bales omongannya Mas Cupu." Tangan Hegar dilambaikan bermaksud mengajak Yoshua bersamanya saja. Namun, yang menanggapi justru Geran. Dia mengumpat, "jancuk."

Andhya heran. Dari dalam hingga ke luar rumah, Geran dan Hegar masih saja seperti itu. "Jadi orang tuh yang sabar sedikit gitu loh, Ge," ujarnya kepada Geran.

"Nyoh, rungokno kui omongane Mbak Gebetan." Jangan ditanya siapa yang ngomong, pasti Hegar.

(Nyoh, dengarkan itu ucapannya Mbak Gebetan)

Geran bersungut. "Cangkeman!"

"Paling bener gue di kamar aja tadi," gumam Shahla diakhiri dengan merebahkan badan di samping Neena.

★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PRATALA & PRATIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang