MAAF JADI JAM SEGINI🙏
Semalem perasaan udah mencet publikasikan, kok paginya tak cek malah muncul riwayat revisi. Jadi belum kepublish😭Pagi-pagi, ruang tengah sudah diisi dengan suara televisi yang menayangkan berita. Suaranya pun terdengar keras—sengaja disetel dengan volume keras—hingga yang masih berada di lantai dua dan menginjakkan kaki di anak tangga pun mendengarnya.
Katrina yang menebak bahwa pelaku yang menaikkan volume televisi itu adalah Sasi, kini menggelengkan kepala. "Kecilin, Si! Suaranya kedengaran sampe RT sebelah," katanya.
Sasi yang semula rebahan di sofa sambil merem melek jadi menegakkan tubuh. Dia sekilas menatap Katrina lalu mengecilkan volume televisi.
"Gue mau nyari makanan. Ikut nggak?"
"Titip aja deh. Nasi kuning lauknya bihun goreng sama ayam suwir."
Menawari, berujung mendapatkan titipan. Ah, Katrina tidak suka. Dia tersenyum lebar sambil melambaikan tangan. "Dadah, gue pergi dulu."
Dengan tenaganya yang belum terkumpul semua, Sasi berteriak, "TADI LO NAWARIN!"
Terlambat, Katrina sudah menghilang. Sasi jadi kembali merebahkan tubuhnya dan fokus menonton berita. Sebenarnya dia ingin menonton kartun, tapi malas mengganti chanel. Padahal remot juga dipegang.
"Ayo ikut gue sama Katrina, Si, sekalian cuci mata." Jane muncul menggunakan celana selutut yang seperti milik laki-laki dan cardigan rajut.
"Emang kalian mau kemana?"
"Ruko sekitar lapangan."
Tanpa aba-aba, Sasi meloncat dan melemar remot yang digenggam. Secepat kilat dia berlari menaiki tangga sambil berseru, "TUNGGUIN GUE, JANE!"
DUGH
Jane meringis. Bukan karena tingkah Sasi, tetapi karena remot televisi yang dilempar Sasi mengenai kepala seseorang yang baru sampai di ruang tengah. Pemuda itu mendesis lalu berkata, "Kasar banget."
"Maklumin ya, Jan. Semoga nggak benjol," balas Jane
Arjan menghela napas, lantas memunggut remot televisi yang sudah terbelah menjadi dua. "Udah dua kali apes. Dulu diinjek sekarang kena lempar remot," gumamnya.
"Jam setengah enam, mau kemana?" tanya Arjan.
"Nyari sarapan. Mau nitip?" Ya memang seperti ini keseharian mereka. Bahkan beberapa dari penghuni kos bisa menawari kawan-kawannya ketika hendak membeli makanan. Tidak hanya membeli makanan, membuat makanan juga.
Arjan mengangguk. Rencananya memang ingin keluar mencari sarapan. Dia mendekati Jane dan menyodorkan selembar uang berwarna ungu. "Boleh deh. Nasi putih, lauknya terserah lo asal jangan daging. Nuhun, Jane."
Jane mengangguk saja, menerima uang pemberian Arjan. Sarapan dengan selembar uang berwarna ungu di lingkungan sini itu sudah mendapatkan lauk yang enak dan bergizi. Tentu dengan porsi yang tidak sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRATALA & PRATIWI
Fanfictionft. 00 line ㅤㅤ11 pemuda dan 11 pemudi yang merangkai kisah di Kost Pratala - Pratiwi. Bukan sekedar teman berbagi yang tinggal satu atap, tapi mereka adalah keluarga. ©septianura, 2O21