23. Kode yang Disalahkan

924 200 10
                                    

★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Darimana bro sist?" todong Tian ketika melihat Arjan mengunci pintu Kos Pratiwi dan ada Naran dibelakangnya. Niatnya mau membuat mie instan, tapi malah bertemu setan. Begitu pikirnya sebelum tahu jika suara di ruang tamu adalah orang.

"Dari depan, buka pager," jawab Naran.

"Dari nyari angin. Nih tusuk sate yang bukain pager," jawab Arjan, kemudian menyodorkan kunci pintu ke Naran.

Naran menangkap kunci tersebut. Dia mendelik karena dipanggil tusuk sate, tapi tidak protes dan pergi menuju kamar.

"Kok tusuk sate?" tanya Tian.

"Suka makan sate." Pandangan Arjan menangkap dua mie instan digenggaman Tian, "kecil-kecil tapi lambungnya gede. Bagi satu, Bul!" pinta Arjan.

"Ngatain tapi ujung-ujungnya minta. Manusia banget lo?" ledek Tian, melangkahkan kaki menuju dapur Pratala.

Arjan tersenyum seperti biasa. Dia mengikuti langkah kawannya menuju dapur, ingin ikut membuat mie instan juga.

"Lo balik suka tengah malem, gak takut dicegat Mbak Mas yang pakai baju putih?" tanya Tian sembari mengisi panci dengan air. Jika terbangun dari tidurnya, seperti malam ini, dia kerap mendengar suara mobil berhenti. Dia kira tetangga, tapi ternyata kawannya.

Arjan menggeleng. Sejauh ini tidak pernah ada halangan ketika diperjalanan. "Nggak, belum pernah," jawabnya.

"Waktu pertama pindah ke Semarang. Gue pernah diikutin mbak-mbak dari makam nyampe rumah, waktu itu mau masuk waktu magrib," ucap Tian diakhiri gelengan kepala, "kapan-kapan icip deh, Jan! Rasanya bueehhh... ngeri-ngeri sedap."

"Lo kata makanan pake diicip," balas Arjan disertai tawanya, "terus waktu lo masuk rumah, mbaknya masih ikut?"

Tian menggelengkan kepala lagi, "waktu sampai di halaman rumah, gue gak bisa ngelihat sosok mbak-mbak pakai dress putih itu. Soalnya gue lari-ASTAGFIRULLAH!"

Arjan buru-buru menghampiri karena terkejut mendengar teriakan Tian, "apa apa?"

Tian menunjuk kompor sambil memejamkan mata, "apinya ilang sendiri. Ditiup siapa, nyet?"

Arjan melotot. Pertanyaan Tian membuatnya bergidik, "kok ditiup? ANJING LO GAK USAH NGADI NGADI!"

"Ngadi-ngadi gimana? Ini awalnya nyala! Airnya aja udah mau mendidih, tapi tiba-tiba apinya ilang!"

"Naha bisa? Lo kata ini lilin ditiup bisa mati?" kesal Arjan, "lo yang matiin kompornya kali?" tambahnya.

Tian menggeleng dengan tegas, "sumpah gak gue matiin. Lo lihat puteran buat nyalain kompornya! Harusnya nyala kan?"

PRATALA & PRATIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang