O5. Bentuk Perhatian

1.6K 290 7
                                    

★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rupanya tidak ada kata terlalu pagi untuk membuat sahabatnya itu kesal. Bahkan baru setengah enam pagi, tapi Tian sudah merecoki Chana.

"Minggir nggak lo?!" Chana menunjuk-nunjuk Tian dengan kemoceng.

Tian tidak bergerak. Tetap duduk di ruang tamu Pratiwi, menghalangi kegiatan Chana yang akan membersihkan kursi.

"Nggak biasanya lo bersih-bersih begini. Sehat?"

"Sehat lah. Udah, cepet minggir!"

Pemuda kelahiran Sydney dan selalu kesal jika dipanggil bule itu mengernyitkan dahi. Memikirkan alasan-alasan mengapa Chana rela membersihkan ruang tamu. Padahal nanti agak siang juga ada cleaning servis ke kostan.

Tian jelas hapal tingkah laku Chana. Gadis itu tidak suka bersih-bersih, tidak suka dengan hal-hal kotor, dan yang pasti tidak suka merepotkan diri. Kecuali jika ada sesuatu yang ingin dia dapatkan, pasti dia mau merepotkan diri.

Melamun, Tian sampai tidak sadar bahwa Chana sudah pergi dari sana.

"CHAN, KOK GAK JADI BERSIHIN KURSI?"

"Ian, masih pagi jangan teriak-teriak!" tegur Andhya. Seperti biasa, dia memasak untuk sarapannya sendiri di dapur.

Langkah kaki Tian mengarah ke dapur, menghampiri Chana, Andhya, dan Shahla.

"Excuse me," ucap Tian pelan, lantas menyenggol Chana yang tengah membuka botol berisi jus.

Jus tumpah di luar gelas. Chana tersenyum manis sebelum tangannya terulur untuk menyekek leher Tian.

"Hehe," Tian tercengir, melepaskan tangan Chana dari lehernya.

"Kalem dong," katanya.

"Sama lo mana bisa kalem."

"Makanya jawab yang serius. Kenapa lo bersihin ruang tamu, terus jam segini udah pakai baju bagus?" tanya Tian lagi. Pasalnya Chana itu tidak punya jadwal kuliah pagi untuk hari ini.

Lebih dari yang semua orang kira, Tian bahkan mencatat jadwal kuliah Chana di bawah jadwal kuliahnya.

Chana berdecak. Tian memang suka ingin tahu dengan urusannya. Seperti harus tahu apa yang akan dilakukan dan bagaimana keadaannya.

"Kepo banget sih?!"

"Kepo itu ada dua alasannya." Di dapur Pratala, Hegar ikut bersuara.

Di sana juga ada Geran dan Dewa yang tengah menyantap nasi putih dengan lauk telur orak-orik.

"Apa tuh?" Geran nimbrung.

"Pertama, karena pengen tahu aja. Kedua, karena perhatian."

"Si bule masuk alasan yang mana?" tanya Dewa.

PRATALA & PRATIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang