45. Fix You

868 166 20
                                    

November, no problem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

November, no problem. Mungkin kata-kata tersebut tak akan perpihak kepada penghuni kos Pratala dan Pratiwi. Bukan mendoakan hal-hal yang buruk, hanya saja, di awal bulan ini, beberapa penghuni kos mendapat dan masih berada dalam problem.

Malam ini Lily, Tian, Cahya, Naran, dan Yoshua kebingungan ketika tiga orang pemuda masuk dengan keadaan dua diantaranya sedang dalam keadaan emosi. Entah emosi atau tidak, yang pasti auranya bisa membuat orang lain enggan untuk mengobrol. Walau seperti itu Lily dan Yoshua memilih cuek, lanjut mengetik di laptop milik masing-masing.

PLAK

Satya menghela napas, mendorong Arjan yang baru saja memukul lengannya dengan keras hingga pemuda itu jatuh di sofa. Sementara itu Nanta terbahak, padahal tadi sama-sama menekuk wajah, kesal dengan tingkah Arjan.

Tian menatap Arjan yang tampak loyo. "Dia habis ngapain? Adu kekuatan sama sumo? Kok sampe loyo begitu?" tanyanya.

Nanta tertawa kembali. Apalagi ketika kedua telapak tangan Arjan diangkat lalu ditepuk seperti sedang membunug nyamuk yang terbang.

"Ndem ndeman, Bul," jawab Satya membuat Tian mengangguk-anggukkan kepala. Setelah itu, Arjan kembali menepuk kedua tangannya.

"Sepanjang jalan kayak orang nepokin nyamuk. Badan sama muka orang aja sampe dipukul sama dia. Katanya ada nyamuk yang hinggap," ucap Nanta menjelaskan tanpa diminta. Kalau Arjan tidak mabuk, mungkin sobatnya itu sudah habis karena dirinya dan Satya tak akan segan untuk membalas—balas memukul. Yang diherankan adalah sudah mabuk, tetapi pukulan Arjan tetap terasa menyakitkan.

"Ganteng-ganteng maboknya nepokin nyamuk," celetuk Cahya.

Tian tertawa kecil. Dengan iseng, dia duduk di samping Arjan yang sekarang sedang mengarahkan telapak tangan ke punggung sofa. Ia menirukan suara nyamuk. Sama persis hingga membuat perhatian Arjan teralihkan.

BRAK

"ARJAN!" pekik Lily ketika Arjan menepuk laptopnya dengan keras. Terkejut sekaligus takut bila benda berharganya itu kenapa-kenapa.

Dengan santai, Arjan berkata, "Nyamuknya lucu, hehe."

Lily merinding, tapi juga tertawa. Dia menjauh dari jangkauan Arjan, duduk di sebelah Naran yang sejak tadi menyimak tetapi telinganya tersumpal earphone. Padahal earphone tersebut tak ditancapkan di smartphone.

"Lagian lo kenapa nggak ngerjain di kamar aja, Li?" tanya Cahya. Sebenarnya tak melarang Lily mengerjakan sesuatu di ruang tengah, hanya agak heran karena perempuan itu tak biasa melakukannya.

PRATALA & PRATIWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang