Gak semua yang lo kejar mati-matian bakal lo dapetin.
🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻
Kabar gembira menerpa Mira dan teman-temannya. Kini mereka tengah berkumpul di ruang inap Mira, ruangan itu nampak ramai sejak sore tadi pasalnya dokter yang merawat Mira menuturkan bahwa ada calon pendonor yang siap mendonorkan ginjalnya untuk Mira, alhasil mereka mengucap banyak syukur pada Tuhan karena telah menghadirkan orang baik yang akan mendonorkan ginjalnya untuk Mira. Esok pagi dia akan melakukan operasi transplantasi ginjal.
"Pasti dia orangnya baik banget sampe mau donorin ginjalnya," ungkap Mira di sela-sela beberapa gurauan yang dilayangkan teman-temannya.
Fawaz mengangkat pandangan dari layar gawainya lalu menatap teman-temannya satu per satu. "Kira-kira kenapa dia sampe donorin ginjal, ya?" tanya Fawaz.
"Mungkin butuh uang, intinya lo harus bersyukur, Mir. Masih ada orang baik yang mau nyelamatin lo." Arlin berujar dengan nda sedikit mengejek.
Keysha yang duduk di sebelah Arlin langsung mencubit kecil lengan gadis itu, ditatapnya Mira yang langsung menunduk setelah mendengar perkataan Arlin. "Arlin, jangan ngomong kaya gitu!" tegur Keysha.
Arlin mengangkat dagunya percaya diri lalu menatap sinis ke arah Mira. "Lah, gua bener, 'kan? Masih untung ada yang mau donorin ginjalnya, coba kalo gak ada? Mungkin dia udah bercampur sama tanah."
"ARLIN!" bentak Fawaz seraya mendekatkan dirinya pada Arlin, Rion menahan Gawaz agar pria itu tak berbuat kasar pada Arlin.
"Belain aja belain si orang gak tahu terima kasih itu," pungkas Arlin lalu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruang inap Mira.
Mira menunduk, dia merasa sesak di dadanya. Sepertinya kesalahan yang dulu dia perbuat sangatlah besar. Dia mencoba menahan buliran kristal di pelupuk matanya agar tidak jatuh, bohong jika dia baik-baik saja mendengar perjataan Arlin beberapa menit lalu, namun Mira tak bisa mengelak, dia memang orang yang tak tahu terima kasih.
Tiba-tiba saja Keysha bangkit dan membenahi rok selutut berwarna peach yang menggantung di kakinya. "Eum, gua susulin Arlin dulu, ya," pamit Keysha dibalas anggukan oleh teman-temannya, tapi tidak dengan Mira, dia masih menunduk dalam. Keysha menatap iba pada Mira, Keysha jelas tahu apa yang Mira rasakan saat ini.
Keysha berjalan menyusuri koridor rumah sakit demi mencari Arlin. Dia tak tahu di mana Arlin berada, dia hanya mengikuti kemana kakinya melangkah. Namun tak lama kemudian kakinya terasa lemas, keringat mengucur dari dahinya. Keysha memegang kepalanya dengan tangan kanan sedangkan tangan lainnya ia gunakan untuk menumpu tubuhnya di tembok koridor.
Beberapa perawat yang melintas mencoba mendekati Keysha, gadis itu sudah terduduk lemas dengan menyandarkan punggungnya pada tembok dan tangan yang terus memegangi kepalanya. "Mba, kenapa? Ada yang bisa saya bantu?" tanya perawat bermata bulat yang kebetulan melintas di koridor.
Perawat itu memapah tubuh lemah Keysha dibantu oleh temannya, kakinya dituntun melangkah menuju salah satu kamar kosong yangtak jauh dari tempat Keysha tadi. Belum sempat merebahkan tubuhnya di atas brankar, tubuh Keysha sudah lebih dulu limbung untung saja kedua perawat itu sigap menahan tubuh Keysha sebelum menyentuh ubin rumah sakit yang dingin. Cairan merah kental keluar dari hidung mungil gadis itu, perawat itu segera merebahkan tubuh Keysha di atas brankar dan memanggil dokter.
*****
Fawaz mencoba menghibur Mira yang masih terlihat murung, sedari masalah yang muncul dari mulut Arlin, Mira diam seribu bahasa dan juga membelakangi teman-temannya. Fawaz seolah tak kehabisan bahan candaan untuk menghibur Mira, Rion turut berpartisipasi dengan tertawa renyah walaupun ia menganggap candaan dari Fawaz sama sekali tidak ada yang lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINIMASA (END)
Ngẫu nhiênMakhluk bumi, waktu bersamamu memang singkat, tapi cukup melekat. Hingga kau berada di ujung hayat, aku menyalahkan waktu karena tidak mempertemukan kita sejak dulu. Bersamamu memang sendu tapi tanpamu lebih terasa membelenggu. Aku pernah bertaruh d...