Gue gak pernah nyari masalah, tapi kenapa masalah selalu nyari-nyari gue?
🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻
*****
Gadis berseragam putih abu-abu terlihat tengah terlelap damai di kamarnya. Dia Keysha, gadis yang tadi sempat beradu argumen dengan Bundanya, namun ia tetap kalah dan berakhir ia harus menuruti perintah Sarah untuk pulang lebih cepat. Begitu sampai di rumah, gadis itu langsung memasuki kamarnya dan merebahkan tubuhnya. Hingga kini ia terasa enggan untuk sekadar membuka matanya.
Tapi sepertinya suara kegaduhan dari dapur berhasil mengganggu tidur lelapnya, mata Keysha mengerjap beberapa kali, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke netra hitamnya. Dia melenguh kecil, meregangkan otot sarafnya yang sedikit kaku. Matanya menatap jam dinding yang terpajang apik di atas pintu kamarnya, awalnya dia hanya menggumamkan 'oh' saja, tapi setelah dia mengingat apa yang terjadi hari ini, dia dirundung kepanikan.
Apa Mira udah pulang?
Keysha segera keluar dari kamar, sama sekali tidak menghiraukan rambutnya yang masih berantakan. Langkah gontainya terbawa ke pintu di samping kamar Keysha, tangannya mengetuk beberapa kali namun tak ada jawaban dari dalam sana. Keysha memutuskan untuk membukanya, dan yang ia temukan hanya kamar kosong yang rapi. Dia melangkah masuk, mungkin orang yang ia cari di kamar mandi, pikirnya. Dia mengetuk pintu kamar mandi, namun tetap tak ada sahutan. Gadis itu menghembuskan napas pasrah lalu keluar dari kamar tersebut.
"BUNDA!" teriak Keysha.
Dia berjalan tergesa-gesa menuruni tangga, hingga tersandung kakinya sendiri, beruntungnya ia mampu menyeimbangkan tubuhnya. Keysha menghampiri Sarah yang ada di dapur, tapi sesampainya di sana Keysha malah dihadiahi tatapan tajam dari Bundanya.
"Aduh, jangan lari-lari! Kenapa sih?" Sarah gemas karena Keysha terburu-buru menuruni tangga.
Keysha tak menghiraukan pertanyaan Sarah, gadis itu balik bertanya, "Mira udah pulang?"
"Belum," balas Sarah.
Keysha merogoh saku seragam mencari gawai miliknya, tapi ia tak menemukan apa pun. Dia menggerutu, "Ponsel Keysha mana?" Kemudian dia teringat terakhir kali ia meletakkan ponselnya, Keysha berlari keluar dari dapur dan menaiki tangga dengan tergesa membuat Sarah kembali berteriak memperingatinya.
Setelah mendapatkan ponselnya, dia mencari-cari kontak seseorang dan meneleponnya. Berkali-kali, tak ada jawaban. Telapak tangannya berkeringat saking paniknya, pikiran-pikiran buruk mulai menghinggapi otaknya membuat Keysha ingin berteriak.
Keysha kembali menuruni tangga dan melangkah ke dapur, Keysha melihat Bundanya sedang mencuci sayur, gadis itu melangkah mendekat sebelum bertanya, "Bun, pinjam ponsel boleh?"
Sarah mematikan air yang mengalir dari wastafel lalu menatap Keysha heran, tak urung wanita setengah baya itu menjawab, "Ponsel Bunda ada di kamar, cari aja."
Tanpa permisi Keysha langsung berlari ke kamar orang tuanya. Keysha celingukan mencari benda pintar itu, matanya berbinar saat melihat benda yang ia cari di nakas. Ponsel itu sudah berada di tangan Keysha, dia hendak berbalik meninggalkan kamar Bundanya. Namun kegiatannya terhenti kala dia melihat sebuah amplop putih yang berhasil menyita perhatiannya. Keysha menaruh ponsel itu kembali dan mengambil amplop putih yang berada di ranjang.
"Ini apa?" Keysha membolak-balikkan amplop tersebut, dia membaca bagian depannya, nama rumah sakit tercetak jelas di sana, Keysha tahu itu adalah rumah sakit tempat ia di rawat tempo hari.
"Bunda, maaf kalau Keysha lancang, tapi Keysha kepo," gumamnya.
Dengan ragu, Keysha membuka amplop itu. Ada selembar kertas di dalamnya, Keysha membacanya dengan teliti, seolah tak mau ada satu kata pun yang terlewat. Kepalanya berdenyut nyeri, dadanya sesak. Setetes cairan bening luruh begitu saja tanpa diminta. Keysha terisak, meremas kertas itu hingga kusut. Keysha merasa hidupnya tidak adil, masa lalunya kembali, Mira membencinya, dan sekarang apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
LINIMASA (END)
RandomMakhluk bumi, waktu bersamamu memang singkat, tapi cukup melekat. Hingga kau berada di ujung hayat, aku menyalahkan waktu karena tidak mempertemukan kita sejak dulu. Bersamamu memang sendu tapi tanpamu lebih terasa membelenggu. Aku pernah bertaruh d...