44:: Penjaga Keysha ✅

73 10 0
                                    

Sadarmu mengundang tangisku.


🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻

Keysha sekarang berada di ruangan Dokter Andi karena tadi dia mengeluhkan sakit kepala, dan Rion menyuruhnya beristirahat di sini ditemani oleh Arlin. Tiba-tiba saja Rion memasuki ruangan dengan dua kantong bubur di tangannya. Senyum manis itu tak pernah pudar dari wajah Rion saat menatap Keysha, Rion mengibaratkan Keysha seperti matahari sedangkan Rion sebagai sunflower yang tak bisa hidup tanpa cahaya dari Keysha, baginya Keysha itu kehidupan.

"Makan, Key, Lin," tawar Rion.

Arlin mengalihkan fokusnya pada Rion. "Lo udah makan?" tanya Arlin.

Rion mengangguk dan meletakkan dua kantong bubur itu di meja kerja Dokter Andi. Rion menatap Keysha yang sedang menatap langit-langit dengan badan terbaring di sofa panjang yang ada di sudut ruangan. Rion menyukai raut wajah Keysha, raut polos di wajah pucatnya membuat Rion gemas.

"Key, dimakan, ya!" titah Rion.

Keysha menolehkan lehernya ke arah Rion yang dengan berdiri menjulang di hadapannya. "Iya, Iyon ... nanti Keysha makan buburnya."

Rion mengacak puncak kepala Keysha yang berada masih tertidur di sofa. Hal itu mengundang sorakan tak terima dari Arlin yang terduduk di kursi kebesaran Dokter Andi.

"Ekhem, ingat tempat dong ... gue masih jomlo nih," sindir Arlin.

Keysha mengubah posisinya menjadi duduk dan mendongak melihat Rion yang masih berdiri di depannya, lalu beralih menatap Arlin yang sibuk memakan buburnya.

"Lo duduk di situ entar kena marah Dokter Andi loh," cibir Keysha.

"Ya, terus gue duduk di mana? Sofa aja lo pake sendirian, gue duduk di lantai gitu? Udah kek babu nemenin majikan istirahat," gerutu Arlin dengan mulut penuh bubur.

"Lo lebih cocok jadi babunya dari pada temannya," sembur Rion.

Arlin tak menggubris, dia menyibukkan diri untuk memanjakan cacing-cacing di perutnya yang sedari tadi sudah berdemo meminta makan. Rion meraih dagu Keysha dan mengangkatnya, alhasil Keysha mendongak menatap Rion yang berdiri lebih tinggi darinya.

"Kepalanya masih sakit?" tanya Rion sembari menatap dalam netra indah Keysha. Keysha menggelengkan kepalanya pelan, dia seakan terhanyut dalam tatapan tajam Rion.

BRAK!

Arlin menggebrak meja kerja Dokter Andi hingga membuat beberapa kertas yang ada di meja berhamburan. Adegan tatap menatap antara Keysha dan Rion teralihkan mendengar suara meja yang cukup nyaring, bersyukur ruangan Dokter Andi kedap suara sehingga mereka tak perlu khawatir dengan keributan ini.

"Berisik ah," sarkas Rion mengibaskan tangannya ke arah Arlin.

"Dunia serasa berdua, yang lain ngontrak," sindir Arlin lagi.

Rion menatap datar Arlin kemudian dia berjalan ke arah pintu. Sebelum membukanya, Rion membalikkan badannya dan memberi tatapan mengintimidasi pada Arlin. "Beresin kertasnya!" Setelahnya, Rion menghilang ditelan pintu ruangan. Arlin melempar pandangan pada Keysha, begitupun Keysha, dia menatap Arlin dengan pandangan yang susah diartikan.

Keysha yang peka pun mulai melangkah mendekati meja dan memunguti kertas satu per satu, baru saja Arlin hendak berjongkok untuk membantu Keysha namun niatnya terhenti saat ia merasakan saku celananya bergetar. Arlin merogoh saku celananya dan menempelkan benda pipih yang ia dapat dari sana di telingannya.

"Ada ap ...."

[Rizal sadar]

Tut ....

LINIMASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang