Gue nyoba kelihatan bego di depan temen biar mereka ketawa, eh mereka nyangkanya gue bego beneran.
🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻
-07.00 AM, Jakarta.
Dari dalam mobil, Keysha menatap gedung-gedung tinggi yang menjulang di luar sana. Dia menyandarkan kepalanya, sejenak memejamkan mata mengikuti alunan musik di dalam mobil. Di sampingnya terdapat Batya yang terus menggerutu sebab kemacetan yang mengular. Sedangkan Rion dan Aris ada di depan dengan posisi Rion yang mengemudi menggantikan Ayahnya yang tertidur.
"Ini kita langsung ke apart?" tanya Rion dengan mata yang masih fokus pada jalanan macet di depannya.
"Iya dong, ini masih lama gak sih perjalanannya?" tanya Batya kesal lantaran kepadatan jalan yang membuat mereka bergerak lamban.
"Namanya juga Jakarta, ya, macet atuh, Ma."
"Gak Jakarta, gak Bandung sama-sama macet," timpal Keysha yang masih dengan posisi awalnya.
Batya menolehkan kepalanya pada Keysha. "Itu leher kamu gak pegel nengok kanan mulu, Key?"
Keysha menegakkan tubuhnya dan beralih menatap Batya, jika ditanya apakah lehernya baik-baik saja, jawabannya tidak. Leher Keysha terasa kesemutan. Tapi entah mengapa Keysha nyaman dengan posisi itu. Hiruk pikuk di luaran sana sama sekali tak membuatnya terganggu.
"Eum … Mah, balik ke Bandung aja yuk. Gak usah kemo di Jakarta, pasti mahal. Lagian tabungan Keysha belum cukup, terus Keysha gak yakin bisa sembuh." Keysha memandang kosong angka yang terus berganti di tiang lampu merah.
Batya mengusap bahu Keysha yang tertutupi jaket cukup tebal milik Rion. "Masalah biaya, gak usah khawatir. Berdoa sama Tuhan, semoga Dia melancarkan niat kita buat nyembuhin penyakit kamu."
Keysha memeluk Batya dari samping. Hangatnya pelukan seorang ibu, merdunya nasihat seorang ibu, manisnya senyum seorang ibu. Namun sayang, yang ia dekap, yang ia dengar, yang ia lihat bukan Bundanya. Keysha merindukan Sarah yang bahkan kabarnya pun Keysha tak tahu. Batya mengusap rambut hitam Keysha yang menjuntai, kemudian wanita itu berkata, "Orion sering cerita tentang kamu katanya kamu itu cantik," adu Batya sembari melirik ke arah Rion yang masih fokus mengemudi.
"Mama ih cepu. Kan Iyon udah bilang jangan ngomong ke orang lain," kesal Rion dengan telapak tangan yang memukul klakson sehingga mengagetkan Aris yang sedang tertidur di sampingnya.
"Aduh … kalo klakson itu pelan-pelan aja dong. Papa kaget nih." Aris menjitak kepala Rion sehingga membuatnya meringis.
Batya menatap nyalang ke arah Rion. "Keysha itu bukan orang lain, dia calon menantu mama. Iya kan, Key?"
Keysha salah tingkah karena suara merdu Batya yang masuk menerobos gendang telinganya terdengar seperti orang yang sedang berbisik. Keysha hanya tersenyum canggung menanggapi pertanyaan Batya. Mereka melanjutkan perjalanan menuju apartemen ditemani candaan receh dari Rion yang sesekali ditimpali candaan yang lebih receh dari Aris. Keysha hanya menanggapi dengan kekehan ringan, terkadang dia hanya tersenyum tipis. Sekarang pikirannya sedang bercabang.
Bandung. Jakarta. Antara penyakitnya dan Bundanya. Bahkan sampai detik ini pun Alva tak memberinya kabar mengenai keadaan Sarah. Setidakpenting itukah Keysha bagi mereka? Hati Keysha menyuruh untuk kembali ke tanah kelahirannya, Bandung. Namun, egonya menuntut Keysha untuk menuruti keluarga Rion. Ah, semuanya hanya membuat kepala Keysha berdenyut nyeri. Keysha menyandarkan kepalanya pada punggung kursi. Kepalanya benar-benar terasa berat. Sebelum mengunjungi alam mimpinya, Keysha lebih dulu izin pada Batya untuk mengistirahatkan pikirannya barang sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINIMASA (END)
RandomMakhluk bumi, waktu bersamamu memang singkat, tapi cukup melekat. Hingga kau berada di ujung hayat, aku menyalahkan waktu karena tidak mempertemukan kita sejak dulu. Bersamamu memang sendu tapi tanpamu lebih terasa membelenggu. Aku pernah bertaruh d...