17::Salah Tingkah✅

77 13 0
                                    

Jangan terbang terlalu tinggi, nanti jatuhnya terlalu sakit!

🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻

Pagi ini cuaca Kota Bandung terbilang cukup cerah, seakan-akan semesta ikut merayakan kesenangan yang dirasakan oleh seorang gadis yang kini tengah terduduk di salah satu brankar rumah sakit. Gadis itu senang sebab hari ini ia akan meninggalkan tempat yang sangat ia benci, tempat di mana segala tangis dan doa silih berganti memasuki indra pendengarannya.

Gadis bernama lengkap Keysha Ayunindia itu menatap Sang Ibu yang tengah membenahi beberapa pakaian kotor yang ia kenakan selama di rumah sakit, bibir mungilnya tergerak untuk bertanya, "Bun, Keysha sebenernya sakit apa sih?"

Sarah menghentikan kegiatannya sejenak, tatapannya melembut saat menatap Keysha. "Nanti bunda cerita di rumah, ya, Key. Mending kamu siap-siap, bentar lagi Ayah dateng."

Keysha mendengus pelan tetapi tetap melaksanakan apa yang Sarah perintahkan, gadis itu mengucir rambut panjanganya agar terlihat lebih rapi, lalu tangannya meraih sling bag miliknya yang terletak di atas nakas. Tangan mungilnya merogoh dan mendapatkan sebuah lip balm yang langsung ia oleskan di bibir pucatnya.

Saat sedang fokus memoles lip balm, atensinya teralih pada pintu yang baru saja terbuka dan menampilkan figur ayahnya yang masih memakai pakaian kantornya. "Mira sama kak Al mana, Yah?" tanya Keysha.

"'Kan mereka sekolah," sahut Sarah.

"Keysha besok sekolah, ya? Kangen bakso di kantin," akunya.

Denis langsung menatap tajam ke arah putrinya. "Istirahat dulu!"

Keysha tersentak mendengar nada bicara tegas Ayahnya, mau tak mau dia hanya mengangguk pasrah. Dia tak benar-benar merindukan bakso kantin atau pun siomay yang biasa ia beli, ia merindukan seseorang yang sejak kemarin terus menggelitiki hatinya.

"Udah siap, ayo kita pulang," ajak Sarah seraya menenteng salah satu tas berisi pakaian sedangkan Denis menenteng tas yang lebih besar.

Keysha menginjakkan kakinya di lantai dan turun dari brankar. Gadis itu berjingkrak lalu bersorak, "Akhirnya terbebas dari tempat terkutuk ini."

"Hust! Gak boleh ngomong gitu," tegur Sarah.

*****

Keysha baru saja tiba di kamarnya, gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur queen-sized yang dilapisi seprai berwarna biru gelap. "Hua, akhirnya gue bisa rebahan di kasur yang empuk lagi, dengan ruangan yang wanginya anti obat-obatan," jerit Keysha.

"KEYSHA JANGAN TERIAK-TERIAK!" sentak Sarah dari lantai bawah.

Keysha mendengar sentakan dari Sarah yang membuatnya menggerutu, "Apaan sih? Padahal Bunda juga teriak, huh."

Dia menatap langit-langit kamarnya yang tak berubah, hiasan bintang itu masih menempel di atas sana. Keysha sangat mengingatnya, dulu betapa susahnya dia memasang hiasan itu bersama Mira dan seseorang yang kini telah jauh darinya. Keysha menggelengkan kepalanya mencoba mengusir memori yang lagi-lagi mengusik pikirannya.

Gadis berkaos biru terang itu memutuskan keluar dari kamar dan menghampiri bundanya yang sedang memasak di dapur. Mungkin mengobrol dengan seseorang bisa membuatnya melupakan kejadian masa lalu yang menganggunya. Sesampainya dia di dapur, matanya menemukan Sarah tengah memotong sayur-sayuran.

"Ayah mana, Bun?" tanya Keysha.

"Kerja, lah," ketus Bundanya yang sibuk memotong wortel.

Keysha semakin mendekati Sarah, hingga merrka sekarang hanya berjarak satu langkah dengan Keysha yang terduduk di kursi meja makan. "Bunda katanya mau cerita, Keysha sakit apa, Bun?" desaknya.

LINIMASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang