41::Sahabat?✅

60 7 2
                                    

Sahabat akan tetap sahabat, enggak akan ada yang namanya mantan sahabat.


🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻

Seminggu berlalu sejak kedatangan Keysha dan keluarga Orion di kota metropolitan, Jakarta. Di sini Keysha sama sekali tak pernah berkabar dengan keluarganya yang berada di Bandung. Ponselnya pun disita oleh Rion sebab kejadian beberapa hari lalu yang membuat Keysha down.

Keysha sekarang berada di sebuah kamar inap yang didominasi berwarna biru muda di salah satu rumah sakit besar di Jakarta. Pandangan Keysha terpaku pada pemandangan di luar jendela yang memperlihatkan hamparan rumput. Keysha rindu menjejakkan kaki di atas hamparan hijau itu. Gadis itu merasa ada derap langkah yang mendekat ke arah brankarnya, dia menolehkan kepalanya ke pintu masuk. Netranya menangkap seorang pria dengan setelan jas putih khas dokter dengan stetoskop di tangannya.

"Pa, kapan Keysha bisa balik ke Bandung?" tanya Keysha pada dokter yang baru saja memasuki kamar inapnya.

Dokter itu Aris, pria berusia empat puluh tahunan itu mendekati Keysha yang sedang menatapnya. Bibirnya tersenyum tipis lalu berujar, "Nanti, kalau kamu sembuh." Dengan tangan yang mulai memeriksa Keysha, mulai dari infus hingga denyut jantung gadis itu.

"Enggak bakal bisa sem-"

"Bisa, enggak ada yang enggak mungkin kalo Tuhan udah berkehendak," potong Dokter Aris membuat Keysha kembali menutup mulutnya.

Setelah memeriksa keadaan Keysha, pria berjas putih itu berpamitan kemudian tubuhnya seperti hilang ditelan pintu. Keysha mengedarkan pandangannya, dia tak menemukan hal yang menarik. Hanya ada ruangan berwarna biru yang sunyi. Tak berselang lama seseorang kembali memasuki kamar inap Keysha. Dia Rion, dengan setelan casualnya ia menenteng kantong plastik berisi bubur ayam pesanan Keysha. Dia nampak menyugar rambutnya sebelum melangkah mendekati Keysha.

"Rion, pinjam ponsel dong," rengek Keysha saat Rion tepat berada di samping brankarnya.

"Buat apa?" tanya Rion yang tengah meletakkan bubur yang ia bawa di nakas.

Keysha memutar bola matanya jengah, dia menatap Rion dengan pandangan malas. "Lo mikir enggak sih? Ponsel gue disita dan lo sering ninggalin gue sendiri di sini, Rion. Lama-lama bukan kanker yang bunuh gue, tapi gue bisa aja mati kebosanan di sini karena nungguin lo."

Rion memandang Keysha dengan tatapan tengilnya. "Oh, jadi lo enggak mau gue pergi? Lo suka sama gue? Gue juga, yuk jadian," goda Rion.

Keysha melempar bantal di pangkuannya ke wajah Rion hingga membuat Rion mengaduh kesakitan. Keysha menundukkan kepalanya dalam, dia merasakan matanya memanas. Perlahan sudut matanya berair, bahunya terguncang. Rion yang melihat bahu Keysha naik turun menjadi panik.

"Eh, lo kenapa? Jangan nangis. Gak apa-apa kalo lo gak mau jadian sama gue, gue gak maksa kok. Gak usah nangis, gue gak apa-apa." Rion mengusap bahu Keysha.

"Gue rindu Bunda," lirih Keysha, kepalanya ia senderkan ke bahu Rion.

"Bunda apa kabar, ya?" gumam Keysha.

Rion merengkuh tubuh ringkih itu dan berbisik, "Bunda lo baik-baik aja, gak usah khawatir."

Keysha mengangkat kepalanya dan menatap Rion. "Gue rindu temen-temen, rindu Rizal," aku Keysha frontal.

"Lo masih sayang sama dia?"

Keysha mengangguk, sementara itu Rion merasa seperti ada yang mencubit hatinya saat melihat respon yang diberikan oleh Keysha. Lelaki berkaos cokelat tersebut mencoba menetralisir hatiny yang semakin berdenyut. "Kenapa lo enggak coba buka hati buat gue?" sarkas Rion.

LINIMASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang